Game Level 2 - Melatih Kemandirian - Aliran Rasa
Tantangan di level 2 ini tentunya lebih tinggi daripada level 1. Jika komunikasi produktif bisa lebih spontan dilakukan dan bisa berganti-ganti tema setiap hari, melatih kemandirian ini butuh perencanaan dan perlu konsistensi selama minimal empat hari.
Sesungguhnya sejak anak pertama pun melatih kemandiriannya termasuk salah satu isu menantang untuk saya. Memiliki ART yang siap melayani seringkali membuat saya dan anak-anak terlena, terbiasa terima beres. Baru terasa ketika ART tidak ada, ternyata masih banyak hal-hal yang tidak bisa dilakukan sendiri oleh anak-anak.
Selama 17 hari tantangan ini memang masih sedikit aktivitas mandiri yang bisa dilatih. PR saya masih banyak dan periode pelatihan masih harus berlanjut. Pekerjaan di ranah publik yang membuat saya harus meninggalkan rumah 10 jam sehari pun menyebabkan terbatasnya aktivitas yang bisa saya pilih untuk praktek pelatihan kemandirian ini. Misalnya, Adek masih harus dilatih mandi sendiri tetapi waktu menjadi penghalang saya bisa membersamainya. Setiap hari dia mandi pagi setelah saya berangkat dan mandi sore sebelum saya pulang dari kantor. Selain itu, saya juga tidak bisa memasukkan aktivitas toilet training karena saya hanya bisa secara intensif mendampinginya di akhir pekan.
Hambatan waktu tersebut tentunya tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak melatih Adek untuk mandiri. Alhamdulillah masih banyak aktivitas-aktivitasnya yang bisa saya dampingi seperti membuat sarapan, sikat gigi, dan cuci piring. Hal yang saya pahami dari 16 hari melatih kemandiriannya adalah: ketika anak diberi kepercayaan, dia pun akan bisa melakukan sesuatu dengan percaya diri. Hal-hal yang saya pikir belum bisa dilakukan sendiri oleh Adek, ternyata sudah bisa dia lakukan sendiri hanya dengan satu kali instruksi.
Seperti yang sudah saya tulis di atas, PR melatih kemandirian ini masih panjang. Dengan segala keterbatasan yang saya miliki, saya harus konsisten melatih kemandiriannya di aktivitas lain, demi mempersiapkannya terbang dari sangkar.
Rabu, 15 Mei 2019
Jumat, 10 Mei 2019
[Bunsay-Melatih Kemandirian] Cuci Alat Makanmu Sendiri (6)
Game Level 2 - Melatih Kemandirian - Hari 16
Masih edisi cuci alat makan karena anaknya lagi semangat-semangatnya turun ke tempat cuci 😬. Setelah cuci gelas, mangkok, sendok, garpu, cup eskrim, sekarang dia mau mencuci botol kemasan. Sama seperti cup eskrim, botol kemasan yang habis kami minum dicuci dan dikeringkan dulu untuk re-use atau dikumpulkan ke pemulung.
Barang baru yang dicuci, semangatnya beda lagi. Dengan serius, botol itu dibasuh oleh air berkali-kali sampai isinya benar-benar bening. Setelah selesai dibasuh, saya bilang agar botolnya dijemur saja di rak. Eh, dia malah minta sabun. Oh, botolnya mau disabuni dulu hihi... padahal saya sendiri kalau cuci botol hanya dengan air saja. Karena yang dia pahami standard of procedure mencuci itu harus pakai sabun, ya sudah biarkan botolnya disabuni biar tambah bersih. Fix deh, gak perlu cari infal untuk menggantikan si Mbak pas Lebaran nanti 😹.
Masih edisi cuci alat makan karena anaknya lagi semangat-semangatnya turun ke tempat cuci 😬. Setelah cuci gelas, mangkok, sendok, garpu, cup eskrim, sekarang dia mau mencuci botol kemasan. Sama seperti cup eskrim, botol kemasan yang habis kami minum dicuci dan dikeringkan dulu untuk re-use atau dikumpulkan ke pemulung.
Barang baru yang dicuci, semangatnya beda lagi. Dengan serius, botol itu dibasuh oleh air berkali-kali sampai isinya benar-benar bening. Setelah selesai dibasuh, saya bilang agar botolnya dijemur saja di rak. Eh, dia malah minta sabun. Oh, botolnya mau disabuni dulu hihi... padahal saya sendiri kalau cuci botol hanya dengan air saja. Karena yang dia pahami standard of procedure mencuci itu harus pakai sabun, ya sudah biarkan botolnya disabuni biar tambah bersih. Fix deh, gak perlu cari infal untuk menggantikan si Mbak pas Lebaran nanti 😹.
Kamis, 09 Mei 2019
[Bunsay-Melatih Kemandirian] Cuci Alat Makanmu Sendiri (5)
Game Level 2 - Melatih Kemandirian - Hari 15
Alhamdulillah, sudah hari ke-4 Ramadhan dan hari ke-15 periode Game Level 2. Saya dan Adek masih sama-sama menikmati proses Adek belajar mencuci alat makan sendiri.
Setelah selesai makan bubur sumsum untuk takjil, Adek terlihat asyik menonton video di Youtube. Saya pikir kalau sedang asyik begitu sepertinya dia tidak akan mau jika disuruh mencuci alat makannya, tapi saya iseng saja mengajaknya, "Adek mau cuci mangkok lagi ga?"
Dia langsung mengangkat kepalanya dan berseru, "Mau!". Videonya langsung ditinggal dan dia membawa mangkok serta sendoknya ke tempat cuci piring. Wahhhh dia lebih semangat cuci mangkok daripada nonton 🤩.
Proses mencucinya lancar seperti kemarin, tapi karena gagal terus buka keran dengan aliran air yang pas, dia jadi meminta bantuan lagi untuk membuka keran. It's okay, latihan terus ya, Dek.
Alhamdulillah, sudah hari ke-4 Ramadhan dan hari ke-15 periode Game Level 2. Saya dan Adek masih sama-sama menikmati proses Adek belajar mencuci alat makan sendiri.
Setelah selesai makan bubur sumsum untuk takjil, Adek terlihat asyik menonton video di Youtube. Saya pikir kalau sedang asyik begitu sepertinya dia tidak akan mau jika disuruh mencuci alat makannya, tapi saya iseng saja mengajaknya, "Adek mau cuci mangkok lagi ga?"
Dia langsung mengangkat kepalanya dan berseru, "Mau!". Videonya langsung ditinggal dan dia membawa mangkok serta sendoknya ke tempat cuci piring. Wahhhh dia lebih semangat cuci mangkok daripada nonton 🤩.
Proses mencucinya lancar seperti kemarin, tapi karena gagal terus buka keran dengan aliran air yang pas, dia jadi meminta bantuan lagi untuk membuka keran. It's okay, latihan terus ya, Dek.
Rabu, 08 Mei 2019
[Bunsay-Melatih Kemandirian] Cuci Alat Makanmu Sendiri (4)
Game Level 2 - Melatih Kemandirian - Hari 14
Hari ini Adek cuci apa lagi ya?
Cuci cup bekas es krim dan sendok kayunya juga!
Pulang kantor tadi saya membawa es krim cup untuk teman brownies sebagai tajil buka puasa. Adek yang dari awal udah eyeing bungkusan eskrim itu tentunya gak sabar nunggu Maghrib untuk buka dan makan eskrimnya. Jadi orang-orang masih puasa, dia dengan enaknya makan eskrim. Untung kamu lucu, Dek!
Kemasan-kemasan seperti cup eskrim itu biasanya tidak langsung kami buang. Kalau tidak terpakai jadi mainan, ditampung dulu sampai cukup terkumpul untuk diambil oleh pemulung.
"Adek mau cuci tempat eskrimnya gak?"
"Mau!"
Cup eskrim yang masih belepotan sisa eskrim itu dibasuh oleh air dan digosok oleh jari-jari kecinya sampai benar-benar sampai bersih, baru diberi sabun dan dibilas kembali. Secara visual tampaknya dia sudah paham alat makan yang sudah bersih itu seperti apa. Tadi saya sama sekali tidak memberikan instruksi apa-apa, alhamdulillah semua sudah bisa sendiri 👍.
Hari ini Adek cuci apa lagi ya?
Cuci cup bekas es krim dan sendok kayunya juga!
Pulang kantor tadi saya membawa es krim cup untuk teman brownies sebagai tajil buka puasa. Adek yang dari awal udah eyeing bungkusan eskrim itu tentunya gak sabar nunggu Maghrib untuk buka dan makan eskrimnya. Jadi orang-orang masih puasa, dia dengan enaknya makan eskrim. Untung kamu lucu, Dek!
Kemasan-kemasan seperti cup eskrim itu biasanya tidak langsung kami buang. Kalau tidak terpakai jadi mainan, ditampung dulu sampai cukup terkumpul untuk diambil oleh pemulung.
"Adek mau cuci tempat eskrimnya gak?"
"Mau!"
Cup eskrim yang masih belepotan sisa eskrim itu dibasuh oleh air dan digosok oleh jari-jari kecinya sampai benar-benar sampai bersih, baru diberi sabun dan dibilas kembali. Secara visual tampaknya dia sudah paham alat makan yang sudah bersih itu seperti apa. Tadi saya sama sekali tidak memberikan instruksi apa-apa, alhamdulillah semua sudah bisa sendiri 👍.
Selasa, 07 Mei 2019
[Bunsay-Melatih Kemandirian] Cuci Alat Makanmu Sendiri (3)
Game Level 2 - Melatih Kemandirian - Hari 13
"Adek mau cuci gelas dulu," kata Adek setelah menghabiskan teh manisnya (yang tentunya bikin sendiri juga).
Setelah diajarin cuci alat makan sendiri jadi ketagihan pengen mampir terus ke tempat cuci deh. Bagoooos... 👍👍👍
Kali ini buka tutup keran udah sendiri. Walaupun harus jinjit, tapi relatif lebih mudah daripada buka keran kamar mandi yang agak keras. Jadi dia bisa mengontrol aliran airnya dengan lebih mudah juga.
Sudah hapal juga tahapan mencuci mulai dari bilas air-gosok dengan sabut bersabun-bilas air lagi-simpan di rak. Hal yang perlu diingatkan adalah membilas dengan air secukupnya, tidak perlu lama-lama; dan menutup keran jika air tidak digunakan agar air tidak terbuang percuma. Walaupun jadinya saya terkesan cerewet, saya pikir membiasakan dia untuk hemat air juga penting. Yang penting caranya memberitahu harus lemah lembut supaya dia tidak merasa dibaweli.
Soal bersih-nggaknya hasil cuciannya, tutup mata dulu deh, hihihihi...
"Adek mau cuci gelas dulu," kata Adek setelah menghabiskan teh manisnya (yang tentunya bikin sendiri juga).
Setelah diajarin cuci alat makan sendiri jadi ketagihan pengen mampir terus ke tempat cuci deh. Bagoooos... 👍👍👍
Kali ini buka tutup keran udah sendiri. Walaupun harus jinjit, tapi relatif lebih mudah daripada buka keran kamar mandi yang agak keras. Jadi dia bisa mengontrol aliran airnya dengan lebih mudah juga.
Sudah hapal juga tahapan mencuci mulai dari bilas air-gosok dengan sabut bersabun-bilas air lagi-simpan di rak. Hal yang perlu diingatkan adalah membilas dengan air secukupnya, tidak perlu lama-lama; dan menutup keran jika air tidak digunakan agar air tidak terbuang percuma. Walaupun jadinya saya terkesan cerewet, saya pikir membiasakan dia untuk hemat air juga penting. Yang penting caranya memberitahu harus lemah lembut supaya dia tidak merasa dibaweli.
Soal bersih-nggaknya hasil cuciannya, tutup mata dulu deh, hihihihi...
Senin, 06 Mei 2019
[Bunsay-Melatih Kemandirian] Cuci Alat Makanmu Sendiri (2)
Game Level 2 - Melatih Kemandirian - Hari 12
Hari pertama puasa merupakan hari yang exciting untuk anak-anak, terutama bagian buka puasanya 😅. Walaupun Adek belum puasa, tapi dia tetap ingin ikut sibuk mempersiapkan menu buka puasa. Dikasih tugas untuk aduk-aduk es buah saja dia sudah senang. Antusiasmenya berlanjut ketika sudah selesai makan es buah. Tanpa disuruh, dia bawa sendiri mangkok bekas kakaknya (yang punya dia belum habis soalnya) ke tempat cuci piring. Lalu dia bilang, "Adek mau cuci piring." Waaah tentu boleh dong!
Dengan susah payah dia mencoba menggapai keran, akhirnya terbuka juga walaupun aliran airnya masih kecil. Saya minta izin untuk memutarkan kerannya lagi supaya airnya lebih banyak. Setelah membasahi mangkok, dia masih celingkukan mengingat-ingat harus melakukan apa selanjutnya. Saya beritahu kalau mangkoknya perlu digosok dengan sabun. Kali ini posisi tangannya sudah benar, tangan kiri memegang mangkok, tangan kanan memegang sabut. Kelihatannya masih agak kesulitan memegang mangkok sambil menggosok, beberapa kali sempat terjatuh karena licin. Jadi mangkoknya ditempel ke dadanya supaya diam 😄. Baju belepotan busa sabun pun biarlah.
"Udah, Ma" katanya sambil memberikan isyarat minta tolong dibukakan keran. Kemudian dibilas sampai busanya benar-benar bersih. Setelah itu, eh mangkoknya ditaruh lagi di tumpukan panci kotor hahahaha...
"Kalau udah bersih ditaruhnya di sana ya, Dek," kata saya sambil menunjuk rak piring bersih.
"Oh iya," sambil tersenyum malu.
Saya pikir dia sudah selesai, ternyata dia mengambil lagi mangkok kotor lain. Dengan langkah-langkah yang sama, dia mencuci mangkok tersebut dan kali ini sebelum selesai saya ingatkan lagi kalau alat makan yang sudah bersih ditaruh di rak 😬.
Selesai mencuci mangkok, dia berseru lagi dengan bangga, "Adek bantuin Mama ya, Adek kan udah gede." Huwaaaa iya bener, Dek, kamu sudah besar 😊.
Hari pertama puasa merupakan hari yang exciting untuk anak-anak, terutama bagian buka puasanya 😅. Walaupun Adek belum puasa, tapi dia tetap ingin ikut sibuk mempersiapkan menu buka puasa. Dikasih tugas untuk aduk-aduk es buah saja dia sudah senang. Antusiasmenya berlanjut ketika sudah selesai makan es buah. Tanpa disuruh, dia bawa sendiri mangkok bekas kakaknya (yang punya dia belum habis soalnya) ke tempat cuci piring. Lalu dia bilang, "Adek mau cuci piring." Waaah tentu boleh dong!
Dengan susah payah dia mencoba menggapai keran, akhirnya terbuka juga walaupun aliran airnya masih kecil. Saya minta izin untuk memutarkan kerannya lagi supaya airnya lebih banyak. Setelah membasahi mangkok, dia masih celingkukan mengingat-ingat harus melakukan apa selanjutnya. Saya beritahu kalau mangkoknya perlu digosok dengan sabun. Kali ini posisi tangannya sudah benar, tangan kiri memegang mangkok, tangan kanan memegang sabut. Kelihatannya masih agak kesulitan memegang mangkok sambil menggosok, beberapa kali sempat terjatuh karena licin. Jadi mangkoknya ditempel ke dadanya supaya diam 😄. Baju belepotan busa sabun pun biarlah.
"Udah, Ma" katanya sambil memberikan isyarat minta tolong dibukakan keran. Kemudian dibilas sampai busanya benar-benar bersih. Setelah itu, eh mangkoknya ditaruh lagi di tumpukan panci kotor hahahaha...
"Kalau udah bersih ditaruhnya di sana ya, Dek," kata saya sambil menunjuk rak piring bersih.
"Oh iya," sambil tersenyum malu.
Saya pikir dia sudah selesai, ternyata dia mengambil lagi mangkok kotor lain. Dengan langkah-langkah yang sama, dia mencuci mangkok tersebut dan kali ini sebelum selesai saya ingatkan lagi kalau alat makan yang sudah bersih ditaruh di rak 😬.
Selesai mencuci mangkok, dia berseru lagi dengan bangga, "Adek bantuin Mama ya, Adek kan udah gede." Huwaaaa iya bener, Dek, kamu sudah besar 😊.
Minggu, 05 Mei 2019
[Bunsay-Melatih Kemandirian] Cuci Alat Makanmu Sendiri
Game Level 2 - Melatih Kemandirian - Hari 11
Aktivitas ketiga dalam rangka Game Level 2 ini adalah mencuci alat makan sendiri. Dibantu ART itu memang meringankan segala pekerjaan, tapi kadang jadi lupa kalau ada pekerjaan yang harusnya bisa anak-anak lakukan sendiri, salah satunya mencuci alat makan sendiri.
Sebetulnya ide aktivitas mencuci alat makan untuk level ini datang secara spontan. Tadi pagi saya dan anak-anak membuat pancake untuk sarapan. Adek melihat kakaknya mengaduk-aduk adonan ingin ikutan juga. Melihat kakaknya mencuci garpu juga ingin ikutan.
"Adek mau cuci sendok?" tanya saya.
"Iya adek mau cuci sendiri," katanya.
Posisi keran di wastafel dapur saya memang kurang friendly untuk batita yang lengannya masih pendek. Bangku pijakan (jojodog, kalau kata orang Sunda mah) yang ada di rumah belum cukup tinggi untuk membantu Adek meraih keran. Jadi untuk mencuci tangan atau mencuci piring masih harus dibantu orang dewasa atau kakaknya.
Saya minta tolong Kakak untuk membukakan keran, lalu Adek mencuci sendok yang belepotan adonan di bawah aliran air. Belum diberi sabun, sendoknya hampir saya ditaruh ke rak alat-alat makan yang sudah bersih 😆. Reflek saya langsung berseru, "Eh, sendoknya jangan ditaruh di sana dulu!" Oops, semoga Adek gak kaget. Saya lanjutkan dengan nada yang lebih pelan, "Dikasih sabun dulu ya, Dek. Gosok pakai sabut."
Awalnya dia memegang sendok dengan tangan kanan dan sabut dengan tangan kiri, jadi agak sulit menggosoknya. Saya beritahu untuk menukar sendok dipegang tangan kiri dan sabut oleh tangan sebaliknya. Nah, jadi lebih mudah membersihkannya. Serius sekali mukanya mencuci sendok, sayang saya lupa mendokumentasikannya hihi...
Selesai dibersihkan dengan sabun, Kakak membantu membuka keran lagi agar Adek dapat membasuh sendoknya.
"Udah, Ma!" lapornya.
"Oke, taruh di tempat sendok yang bersih ya."
Hari ini Adek belajar mencuci sendok dulu, besok-besok mungkin diupgrade ke piring dan gelas. Tadi saya perhatikan sekilas tampaknya cukup bersih, hehe... yang penting perkenalan tahapannya dulu.
Aktivitas ketiga dalam rangka Game Level 2 ini adalah mencuci alat makan sendiri. Dibantu ART itu memang meringankan segala pekerjaan, tapi kadang jadi lupa kalau ada pekerjaan yang harusnya bisa anak-anak lakukan sendiri, salah satunya mencuci alat makan sendiri.
Sebetulnya ide aktivitas mencuci alat makan untuk level ini datang secara spontan. Tadi pagi saya dan anak-anak membuat pancake untuk sarapan. Adek melihat kakaknya mengaduk-aduk adonan ingin ikutan juga. Melihat kakaknya mencuci garpu juga ingin ikutan.
"Adek mau cuci sendok?" tanya saya.
"Iya adek mau cuci sendiri," katanya.
Posisi keran di wastafel dapur saya memang kurang friendly untuk batita yang lengannya masih pendek. Bangku pijakan (jojodog, kalau kata orang Sunda mah) yang ada di rumah belum cukup tinggi untuk membantu Adek meraih keran. Jadi untuk mencuci tangan atau mencuci piring masih harus dibantu orang dewasa atau kakaknya.
Saya minta tolong Kakak untuk membukakan keran, lalu Adek mencuci sendok yang belepotan adonan di bawah aliran air. Belum diberi sabun, sendoknya hampir saya ditaruh ke rak alat-alat makan yang sudah bersih 😆. Reflek saya langsung berseru, "Eh, sendoknya jangan ditaruh di sana dulu!" Oops, semoga Adek gak kaget. Saya lanjutkan dengan nada yang lebih pelan, "Dikasih sabun dulu ya, Dek. Gosok pakai sabut."
Awalnya dia memegang sendok dengan tangan kanan dan sabut dengan tangan kiri, jadi agak sulit menggosoknya. Saya beritahu untuk menukar sendok dipegang tangan kiri dan sabut oleh tangan sebaliknya. Nah, jadi lebih mudah membersihkannya. Serius sekali mukanya mencuci sendok, sayang saya lupa mendokumentasikannya hihi...
Selesai dibersihkan dengan sabun, Kakak membantu membuka keran lagi agar Adek dapat membasuh sendoknya.
"Udah, Ma!" lapornya.
"Oke, taruh di tempat sendok yang bersih ya."
Hari ini Adek belajar mencuci sendok dulu, besok-besok mungkin diupgrade ke piring dan gelas. Tadi saya perhatikan sekilas tampaknya cukup bersih, hehe... yang penting perkenalan tahapannya dulu.
Sabtu, 04 Mei 2019
[Bunsay-Melatih Kemandirian] Brush...Brush...Brush Our Teeth (6)
Game Level 2 - Melatih Kemandirian - Hari 10
Tadinya hari ini saya mau menceritakan aktivitas kemandirian yang baru, tetapi pagi ini saya sangat terkesan dengan progress yang ditunjukkan oleh Adek dalam menyikat gigi sendiri. Rasanya saya merasa perlu menambah satu cerita lagi sebagai apresiasi untuk Adek.
Setiap Sabtu pagi, kegiatan Kakak dan Adek adalah kursus berenang. Saya bangunkan Adek ketika jam sudah menunjukkan pukul 7.15 sedangkan jadwal berenang pukul 08.00.
"Adek, bangun yuk. Kan kita mau berenang."
Adek sebenarnya termasuk anak yang mudah dibangunkan, apalagi jika hari itu ada kegiatan yang menarik. Benar saja, sekali dibangunkan dia langsung membuka mata.
"Yuk, kita cuci muka dan sikat gigi dulu," ajak saya.
Ngulet-ngulet dikit dulu, baru dia turun dari tempat tidur.
"Adek mau sikat gigi sendiri ya, Mama ga usah temenin ya," katanya. Wuidih... gaya bener.
Kebetulan saya memang harus membereskan perlengkapan untuk berangkat berenang, jadi saya biarkan dia masuk kamar mandi sendiri. Tapi sambil saya intip-intip juga tentunya, kali-kali dia butuh bantuan.
Ambil sikat dan pasta gigi, lalu buka keran untuk membasahi sikat giginya. Wah, buka kerannya ga terlalu kencang lagi. Aliran airnya pas. Kemarin dia sudah berhasil mengoleskan pasta gigi dengan ukuran yang tepat, hari ini juga begitu. Sikat gigi depan, belakang, atas, bawah, kumur-kumur, semua sukses dilakukan sendiri. Kalau sikat gigi pagi-pagi memang saya lepas sendiri saja. Setelah selesai kumur-kumur, saya sudah siap-siap mengingatkan dia untuk menutup pasta gigi dan menyimpannya lagi ke tempat semula. Ternyata tanpa perlu saya ingatkan, dia sudah merapikan semuanya. Alhamdulillah, semua tahap dilakukan sendiri tanpa perlu intervensi 😊.
Keluar dari kamar, langsung dia laporan sama Kakak, Abi, dan Mbaknya, "Adek tadi udah bisa sikat gigi sendiri lho, Adek kan udah gede." Hari ini cerita itu mungkin diulang sampai tiga kali, hihihi... Terlihat sekali kalau dia bangga dengan dirinya sendiri.
Tadinya hari ini saya mau menceritakan aktivitas kemandirian yang baru, tetapi pagi ini saya sangat terkesan dengan progress yang ditunjukkan oleh Adek dalam menyikat gigi sendiri. Rasanya saya merasa perlu menambah satu cerita lagi sebagai apresiasi untuk Adek.
Setiap Sabtu pagi, kegiatan Kakak dan Adek adalah kursus berenang. Saya bangunkan Adek ketika jam sudah menunjukkan pukul 7.15 sedangkan jadwal berenang pukul 08.00.
"Adek, bangun yuk. Kan kita mau berenang."
Adek sebenarnya termasuk anak yang mudah dibangunkan, apalagi jika hari itu ada kegiatan yang menarik. Benar saja, sekali dibangunkan dia langsung membuka mata.
"Yuk, kita cuci muka dan sikat gigi dulu," ajak saya.
Ngulet-ngulet dikit dulu, baru dia turun dari tempat tidur.
"Adek mau sikat gigi sendiri ya, Mama ga usah temenin ya," katanya. Wuidih... gaya bener.
Kebetulan saya memang harus membereskan perlengkapan untuk berangkat berenang, jadi saya biarkan dia masuk kamar mandi sendiri. Tapi sambil saya intip-intip juga tentunya, kali-kali dia butuh bantuan.
Ambil sikat dan pasta gigi, lalu buka keran untuk membasahi sikat giginya. Wah, buka kerannya ga terlalu kencang lagi. Aliran airnya pas. Kemarin dia sudah berhasil mengoleskan pasta gigi dengan ukuran yang tepat, hari ini juga begitu. Sikat gigi depan, belakang, atas, bawah, kumur-kumur, semua sukses dilakukan sendiri. Kalau sikat gigi pagi-pagi memang saya lepas sendiri saja. Setelah selesai kumur-kumur, saya sudah siap-siap mengingatkan dia untuk menutup pasta gigi dan menyimpannya lagi ke tempat semula. Ternyata tanpa perlu saya ingatkan, dia sudah merapikan semuanya. Alhamdulillah, semua tahap dilakukan sendiri tanpa perlu intervensi 😊.
Keluar dari kamar, langsung dia laporan sama Kakak, Abi, dan Mbaknya, "Adek tadi udah bisa sikat gigi sendiri lho, Adek kan udah gede." Hari ini cerita itu mungkin diulang sampai tiga kali, hihihi... Terlihat sekali kalau dia bangga dengan dirinya sendiri.
Jumat, 03 Mei 2019
[Bunsay-Melatih Kemandirian] Brush...Brush..Brush Our Teeth (5)
Game Level 2 - Melatih Kemandirian - Hari 9
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Kakak dan Adek masih bermain di kamar, tapi posisi Adek sudah tidur-tiduran di kasur dan matanya sudah sayu. Saya harus sigap nih, mengajak dia sikat gigi sebelum bablas lagi seperti dua malam sebelumnya.
"Ayo, Dek kita ke atas yuk, sikat gigi. Adek udah ngantuk ya?"
"Ngga!" gengsi mengakui kalau dia ngantuk.
Abinya ikut turun tangan. "Yuk, digendong sama Abi ke atas. Mau digendong kaya bayi gak?"
Adek menunjukkan tanda-tanda tertarik. "Digendong di pundak aja!" Oke, princess.
Saya juga mengajak Kakak untuk sikat gigi sama-sama supaya Adek lebih semangat. Alhamdulillah sukses mengajak dia ke kamar mandi gak pake tidur-tiduran lagi.
Adek masuk kamar mandi dan saya mengikutinya dari belakang. Sampai pintu kamar mandi, saya dihalangi untuk masuk. "Adek mau sendiri aja." Waaaaah, saya disuruh melihat saja dari pintu kamar mandi.
Sejak mulai latihan sikat gigi sendiri, tempat sikat dan pasta gigi biasanya saya geser sedikit supaya mudah dijangkau Adek. Tetapi karena saya dilarang masuk kamar mandi jadi tempatnya masih di posisi biasa. Saya sudah siap-siap dimintai tolong kalau-kalau dia tidak bisa menjangkau sikat giginya. Eh ternyata dengan jinjit dan memanjangkan tangan dia bisa mengambil sikat dan pasta giginya tanpa menjatuhkan sikat-sikat gigi yang lain.
Membuka keran sudah lebih baik, airnya tidak terlalu kencang. Tetapi yang lebih membuat saya takjub, sekarang dia sudah bisa menakar pasta gigi sendiri dengan jumlah yang tepat. Alhamdulillah kontrol kekuatan tangannya semakin baik.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 8 malam. Kakak dan Adek masih bermain di kamar, tapi posisi Adek sudah tidur-tiduran di kasur dan matanya sudah sayu. Saya harus sigap nih, mengajak dia sikat gigi sebelum bablas lagi seperti dua malam sebelumnya.
"Ayo, Dek kita ke atas yuk, sikat gigi. Adek udah ngantuk ya?"
"Ngga!" gengsi mengakui kalau dia ngantuk.
Abinya ikut turun tangan. "Yuk, digendong sama Abi ke atas. Mau digendong kaya bayi gak?"
Adek menunjukkan tanda-tanda tertarik. "Digendong di pundak aja!" Oke, princess.
Saya juga mengajak Kakak untuk sikat gigi sama-sama supaya Adek lebih semangat. Alhamdulillah sukses mengajak dia ke kamar mandi gak pake tidur-tiduran lagi.
Adek masuk kamar mandi dan saya mengikutinya dari belakang. Sampai pintu kamar mandi, saya dihalangi untuk masuk. "Adek mau sendiri aja." Waaaaah, saya disuruh melihat saja dari pintu kamar mandi.
Sejak mulai latihan sikat gigi sendiri, tempat sikat dan pasta gigi biasanya saya geser sedikit supaya mudah dijangkau Adek. Tetapi karena saya dilarang masuk kamar mandi jadi tempatnya masih di posisi biasa. Saya sudah siap-siap dimintai tolong kalau-kalau dia tidak bisa menjangkau sikat giginya. Eh ternyata dengan jinjit dan memanjangkan tangan dia bisa mengambil sikat dan pasta giginya tanpa menjatuhkan sikat-sikat gigi yang lain.
Membuka keran sudah lebih baik, airnya tidak terlalu kencang. Tetapi yang lebih membuat saya takjub, sekarang dia sudah bisa menakar pasta gigi sendiri dengan jumlah yang tepat. Alhamdulillah kontrol kekuatan tangannya semakin baik.
Selesai sikat gigi, dia pamerkan giginya ke saya, "Sekarang gigi Adek udah bersih belum, Ma?"
"Udaaaaah!" sambil kasih jempol 👍.
Kamis, 02 Mei 2019
[Bunsay-Melatih Kemandirian] Brush...Brush...Brush Our Teeth (4)
Game Level 2 - Melatih Kemandirian - Hari 8
"Adek, semalam ketiduran lagi ya gak gosok gigi," kata saya tadi pagi.
Eh dia nyengir 😬, "Gigi Adek banyak kumannya ya."
"Wah iya tuh, kita usir yuk kumannya," saya ajak dia menyikat gigi sebelum mandi.
Mengambil sikat gigi dan pasta gigi sudah lancar, hanya memang kontrol tangannya untuk membuka-menutup keran dan memencet pasta gigi masih perlu dilatih terus.
"Sekarang kumannya udah pergi belum, Ma?" tanyanya sambil pamer gigi yang sudah disikat.
"Alhamdulillah udah, enak ya kalau udah sikat gigi kumannya kabur."
"Adek, semalam ketiduran lagi ya gak gosok gigi," kata saya tadi pagi.
Eh dia nyengir 😬, "Gigi Adek banyak kumannya ya."
"Wah iya tuh, kita usir yuk kumannya," saya ajak dia menyikat gigi sebelum mandi.
Mengambil sikat gigi dan pasta gigi sudah lancar, hanya memang kontrol tangannya untuk membuka-menutup keran dan memencet pasta gigi masih perlu dilatih terus.
"Sekarang kumannya udah pergi belum, Ma?" tanyanya sambil pamer gigi yang sudah disikat.
"Alhamdulillah udah, enak ya kalau udah sikat gigi kumannya kabur."
Rabu, 01 Mei 2019
[Bunsay-Melatih Kemandirian] Brush...Brush...Brush Our Teeth (3)
Game Level 2 - Melatih Kemandirian - Hari 7
Latihan kemandirian hari ini tertunda 😩. Seharusnya lanjut melatih Adek menyikat gigi sendiri, tapi di dua kesempatan menyikat gigi hari ini belum bisa dipraktekkan.
Karena tadi kami harus berangkat pagi-pagi, supaya cepat kegiatan sikat gigi Adek masih dibantu mulai dari mengambilkan sikat gigi, pasta gigi, hingga membuka dan menutup keran air. Hanya bagian sikat giginya saja yang sendiri karena memang dia yang keukeuh ingin sikat sendiri. Oke lumayanlah ada tahap yang dilakukan sendiri.
Sementara sikat gigi malam hari terpaksa diskip karena.... Adek ketiduran sambil makan kerupuk 😫. Haduuuuh pesta pora deh itu kuman-kuman di mulutnya.
Latihan kemandirian hari ini tertunda 😩. Seharusnya lanjut melatih Adek menyikat gigi sendiri, tapi di dua kesempatan menyikat gigi hari ini belum bisa dipraktekkan.
Karena tadi kami harus berangkat pagi-pagi, supaya cepat kegiatan sikat gigi Adek masih dibantu mulai dari mengambilkan sikat gigi, pasta gigi, hingga membuka dan menutup keran air. Hanya bagian sikat giginya saja yang sendiri karena memang dia yang keukeuh ingin sikat sendiri. Oke lumayanlah ada tahap yang dilakukan sendiri.
Sementara sikat gigi malam hari terpaksa diskip karena.... Adek ketiduran sambil makan kerupuk 😫. Haduuuuh pesta pora deh itu kuman-kuman di mulutnya.
Kegagalan ini tentunya memberikan pelajaran untuk saya sebagai "pelatih". Pertama, dalam melatih kemandirian memang perlu waktu yang longgar dan kesabaran yang tak terbatas. Latihan mandiri tidak bisa diburu-buru. Kalau memang darurat harus buru-buru, ya apa mau dikata harus kompromi dengan keadaan dan menunda latihan. Kedua, seharusnya saya lebih peka menangkap sinyal kalau Adek sebenarnya benar-benar mengantuk. Tadi dia menolak diajak ke kamar dengan alasan ingin makan kerupuk dulu. Saya keasyikan nonton TV hanya beberapa menit, eh suami ngasitau kalau anaknya udah tidur sambil megang kerupuk 😭😭😭. Besok saya harus mempersiapkan lebih matang supaya tidak gagal lagi!
Langganan:
Komentar (Atom)






