Sabtu, 29 Juni 2019

[Bunsay-Family Project] Perkalian

Game Level 3 - Family Project - Hari 10


Perkalian merupakan materi Matematika yang cukup menantang bagi Kakak. Dia sudah mengerti sih konsepnya, dari mana asal 2x2 = 4, misalnya. Yang perlu dilatih adalah bagaimana bisa mengerjakan worksheet lebih cepat.

Karena Kakak tidak sekolah di sekolah montessori, jadi gurunya masih mengajarkan dengan cara yang abstrak. Alhamdulillah, dia tetap paham juga sih, tapi di rumah saya coba ajarkan cara Montessorinya supaya dia lebih paham dan bisa cepat hapal.

Salah satu belajar perkalian ala Montessori  dengan menggunakan beads. Diposisikan seperti di foto, dengan tujuan anak kita dapat melihat polanya bagaimana perkalian 1, 2, 3, dan seterusnya. Foto di atas adalah contoh perkalian 3. 


[Bunsay-Family Project] Cake-date with Mama

Game Level 3 - Family Project - Hari 9

Setelah les piano hari ini, saya mengajak Kakak untuk ngedate berdua aja di cakeshop dekat rumah. Kebetulan Adik lagi mau ditinggal di rumah dengan Abinya --dengan iming-iming makan eskrim πŸ˜†. Saya merasa udah jaranggg banget bisa pergi berdua sama Kakak, lebih sering pergi berdua sama Adik soalnya Kakak udah mau ditinggal di rumah. Kalau Adiknya pasti pengen ikut ke manapun Kakaknya pergi πŸ˜ƒ.

Sejak Kakak menginjak usia 7 tahun setahun yang lalu, saya memang merasa si Kakak berubah lebih mandiri, dan tidak banyak bergantung lagi kepada saya. Sudah lebih memilih ditinggal di rumah atau bermain dengan teman-temannya daripada diajak jalan-jalan sama Mama dan Abinya (huhu...).

Misi saya mengajak playdate ini ingin menjaga kedekatan emosi dia dengan saya, supaya gak merasa tersisih gitu karena saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan adiknya (yang attachmentnya masih kuat banget ke Mamanya).

Terus ngedatenya ngapain? Ya cuma makan makanan yang kita suka dan ngobrol santai hehe... Yang penting Kakak happy dan menikmati kebersamaan berdua dengan Mamanya, karena saya pikir kecerdasan emosi seorang anak juga terbentuk melalui kedekatan dengan orang tuanya 😊.


[Bunsay-Family Project] Membuat Clay

Game Level 3 - Family Project - Hari 8


Sekalian mengisi liburan sekolah, saya mendaftarkan Kakak dan Adik ke Workshop Membuat Clay. Kegiatan ini selain melatih motorik halusnya Adik, juga menstimulasi kreativitas Kakak dan Adik. 


Di meja sudah disediakan contoh bentuk-bentuk yang bisa dibuat dari clay, tapi tiap anak dibebaskan untuk membuat apa saja. Adik masih nurut-nurut aja sama Tante-tante pembimbingnya, hehe jadi dia membuat strawberry seperti contoh. Kalau Kakak, dia memutuskan untuk membuat kue ulang tahun lengkap dengan lilinnya, jembatan, dan bentuk bola😁. Selain membentuk clay, mereka juga boleh mewarnainya.

 Nah ini clay yang sudah dibentuk oleh Kakak, sedang dijemur supaya kering dan keras.


Taraaa...sudah selesai membuat dan mewarnai claynya.

Qadarullah, salah satu clay yang diwarnai oleh Kakak terjatuh dan pecah πŸ˜₯. Terlihat wajahnya kecewa, tapi dia cukup ikhlas. "Gak apa-apa, kan masih ada clay lain yang aku buat," katanya. "Nanti bisa dipasang lagi pakai lem tembak ga ya?" Hmmmm mari kita coba nanti ya, Kak.

Selain melatih kreativitas, tanpa direncanakan Kakak juga belajar mengelola emosinya ketika terjadi hal yang tidak diduga.

Rabu, 26 Juni 2019

[Bunsay-Family Project] Penjumlahan

Game Level 3 - Family Project - Hari 7

Hari ini proyek peningkatan kecerdasannya kembali ke matematika. Sekalian refresh karena udah sebulan libur sekolah, saya memberikan "PR" worksheet penjumlahan untuk Kakak. Worksheet ini saya print dari salah satu web Montessori. Kalau lihat worksheetnya memang gampang banget ya. Kalau di Montessori, memang untuk belajar matematika itu ditekankan untuk memahami pola dulu. Kebetulan Kakak sudah paham konsep penjumlahan (bukan menghapal 1+1 = 2) jadi sudah bisa proceed ke worksheet.


Kalau penjumlahan begini udah cingcay buat Kakak, next pengurangan!

Senin, 24 Juni 2019

[Bunsay-Family Project] Berlatih Piano

Game Level 3 - Family Project - Hari 6


Salah satu aktivitas yang bisa meningkatkan kecerdasan emosi adalah bermain piano. Bermain piano mengasah kemampuan otak kanan yang merupakan pusat kemampuan sosial, komunikasi,  pengendalian emosi,  dan kreativitas.

Memasuki bulan ketiga les piano di Yamaha, lagu-lagu yang dipelajari sudah mulai kompleks. Ritme tiap bar sudah berbeda, Kakak harus bisa membedakan not 1, 2, 3, sampai 4 ketukan. Belum lagi kombinasi ritme yang berbeda antara tangan kiri dan tangan kanan.

Ketika mulai mengalami kesulitan berlatih, Kakak mengeluh, "Susah banget, Ma."

Saya paham memang mempelajari lagu tersebut memang cukup menantang untuk levelnya.

"Iya memang susah karena Kakak belum bisa. Kalau susah, artinya Kakak harus latihan berkali-kali supaya bisa. Dulu sebelum mulai les piano Kakak gak bisa sama sekali kan? Tapi sekarang udah bisa main lagu Little Hans karena Kakak latihan terus."

Saya membantu Kakak berlatih dengan tangan kanan dulu sampai lancar, baru mulai belajar tangan kiri. Untung emaknya dulu pernah kursus electone jadi gak buta-buta amat sama not balok wkwkwkwk...

Setiap sesi latihan di rumah, saya instruksikan Kakak untuk mengulang-ulang bermain lagunya sampai 10 kali. Kebetulan lagunya pendek-pendek, jadi gak kerasa sih main 10 kali. Finally setelah 2 hari, mainnya mulai lancar.

"Alhamdulillah, Kakak jadi bisa kan karena latihan?"

Kakak senyum-senyum girang aja.

Latihan piano ini ternyata bukan hanya melatih kecerdasan emosional, tetapi juga adversity quotient. Tentang bagaimana ketika Kakak menghadapi kesulitan bermain lagu yang semakin menantang, apakah tinggalkan saja lagunya dan berhenti les piano, atau ambil tantangannya dengan bertatih-tatih membaca not demi not, mengulang-ngulang berhari-hari hingga dia menguasai lagunya tanpa membaca partitur lagi.

Minggu, 23 Juni 2019

[Bunsay-Family Project] Jadi Coach Assisstant

Game Level 3 - Family Project - Hari 5

Suami saya punya proyek sampingan tiap Ahad, namanya Kapten Kecil. Di KK, anak usia 3-6 tahun diajak bermain futsal, walaupun lebih banyak lari-lari dan mainnya sih daripada nendang bolanya 🀭. Tujuan utamanya memang membuat anak bergerak, bukan jadi atlet.

Kakak sampai usia 7 tahun masih ikutan KK karena nepotisme. Pas 8 tahun ini, dia gengsi lanjut karena peserta lain masih kicik-kicik semua, termasuk adeknya. Lalu saya iseng ngasi ide ke suami, gimana kalau Kakak direkrut jadi Coach Assistant. Melihat 3 orang coach ini suka kerepotan mgatur anak-anak, Kakak bisa ikut bantu-bantu beresin peralatan dan bantu menertibkan adik-adiknya. Suami pun setuju.

Hari ini hari pertama KK mulai aktif lagi setelah libur puasa dan Lebaran, juga hari prtama Kakak bekerja sebagai Coach Assistant.


Kakak diberi tugas untuk menjaga beberapa titik yang dilewati oleh para kapten (sebutan untuk peserta), membantu jika kapten kebingungan, dan membereskan peralatan. Karena sudah lama ikut di KK sebagai peserta, jadi dia bisa melakukan instruksi Abinya tanpa kesulitan, kecuali bagian menertibkan para kapten kayanya hihihi...


Selesai bantu Abinya, Kakak menerima gaji pertamanya sebagai Coach Assistant. Alhamdulillah ya bisa beli eskrim biji πŸ˜†.

Kami menyuruh Kakak untuk membantu di KK tentunya bukan hanya supaya dia bisa beli eskrim sendiri, tapi untuk memberikannya pengalaman bagaimana usaha mencari uang dan bagaimana menghadapi tantangan ketika melakukan hal baru. Sekalian belajar berhitung juga kalau sepekan dapat Rp 20.000, berapa yang didapat selama sebulan? 😬

Sabtu, 22 Juni 2019

[Bunsay-Family Project] Lagu Ibu

Game Level 3 - Family Project - Hari 4

Suatu hari saya menemukan Kakak sedang menangis.

"Ada apa, Kak?"

Dia tidak menjawab dan terus menangis. Saya heran karena sebelumny tidak ada kejadian apa-apa.

Adeknya nyeletuk, "Kakak terharu katanya."

Heh? Terharu kenapa ya? Saya jadi khawatir apa dia ingat kejadian buruk yang tidak dia ceritakan ke saya ya? Tapi karena dia belum siap cerita ya sudah saya biarkan dia menangis dulu.

Ketika dia siap bercerita, saya mendengarkan.

"Kakak kalau cerita takut nangis lagi deh."

"Ya gak apa-apa kalau Kakak mau nangis lagi."

"Kakak denger Lagu Ibu di Youtube terus Kakak jadi terharu."

Saya lega sekaligus pengen tertawa *ups. Anak sulungku yang sensitif ini memang gampang terharu.

"Lagu yang mana sih coba tunjukin."

Dia memutar lagu yang dimaksud. Judulnya Lagu Ibu, liriknya tentang anak yang sayang dengan ibunya gitu deh, lalu klipnya menayangkan anak-anak yang dipeluk-peluk oleh ibunya. Ketika video itu diputar pun Kakak menangis lagi sampai tersedu-sedu. Heboh pokonya hahahah *ups lagi.

Saya memeluk Kakak dan mengkonfirmasi perasaannya. "Kakak terharu? Karena Kakak sayang Mama?". "Iya..." jawabnya masih sambil nangis. Unch, so sweet anak Mama. "Mama juga sayang Kakak..."

Umumnya mungkin akan berpikir anak saya lebay amat ya, kaya gitu aja nangis. Justru ini tantangan bagi saya bagaimana mengajarkan dia mengelola emosinya dengan cara yang tepat. Jangan abaikan perasaannya, cukup dipeluk supaya emosinya mereda.


Selasa, 18 Juni 2019

[Bunsay-Family Project] Halal Bi Halal

Game Level 3-Family Project-Hari 3



Tadi siang, saya dan anak-anak berkesempatan makan siang di sebuah restoran. Kebetulan hari ini saya cuti dan lagi pengen jalan-jalan πŸ˜†. Sambil menunggu makanan kami datang, kakak melihat tulisan "halal" di papan nama restorannya, lalu dia nyeletuk, "Halal.... Mama tahu halal bi halal?".

Wkwkwk nyambung aja. Saya pikir pas nih buat bahas istilah "halal bi halal" yang selama ini penggunaannya salah kaprah di Indonesia.

"Kalau halal Kakak udah tau kan artinya, makanan yang boleh dimakan sama muslim. Kalau halal bi halal, itu sebenarnya gak ada artinya. Di Bahasa Arab gak ada istilah "halal bi halal". Yang betul itu "silaturahim". Halal bi halal biasanya sebutan buat acara silaturahim setelah Lebaran."

Kakak cuma manggut-manggut. Mungkin dia bingung kenapa Mama jadi ngasi kuliah hahaha... Mudah-mudahan infonya nyangkut jadi gak kaya Mamanya baru tau istilah "halal bi halal" itu salah pas udah tuwir gini πŸ˜“. Saya gak tau pengetahuan ini termasuk kecerdasan intelektual atau spriritual ya?


[Bunsay-Family Project] Gerakan Sholat

Game Level 3 - Family Project - Hari 2

Sholat adalah tiang agama, oleh karena itu segala rukun sholat harus ditunaikan dengan baik sesuai tuntunan Rasulullah shalallahu alaihi wassalam. Membiasakan anak untuk sholat tidak cukup, harus dibarengi juga dengan pembiasaan melakukan sholat yang benar, baik dari segi bacaan dan gerakannya. Berkaca dari pengalaman saya yang baru tahu cara sholat yang benar dari guru agama di sekolah, saya ingin anak-anak belajar sholat yang benar dari orang tuanya terlebih dahulu.

Pembiasaan Kakak untuk sholat 5 waktu sudah dilakukan, bacaan sholat pun sudah dilakukan. Hari itu, saya ingin "mengetes" gerakan sholat Kakak karena biasanya tertutup mukena jadi tidak terlihat jelas oleh saya.

Pertama, gerakan takbiratul ikhram. Telapak tangan menghadap ke depan, posisi di sebelah telinga.

Kedua, bagaimana posisi bersedekap. Tangan kiri di bawah tangan kanan, pergelangan tangan saling menempel, keduanya ditaruh di antara dada dan pusar.

Ketiga, posisi rukuk. Tangan ditaruh di kedua lutut, punggung dan kaki membentuk sudut 90 derajat.

Keempat, posisi sujud. Anggota badan yang menempel alas sholat adalah kening, hidung, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan jari-jari kaki. Siku tidak boleh menempel lantai.

Kelima, posisi duduk di antara sujud dan tahiyat. Bagaimana perbedaan duduk tahiyat awal dan tahiyat akhir.

Alhamdulillah gerakan-gerakannya hampir sempurna, hanya posisi sujud yang perlu dikoreksi.

Mempelajari gerakan sholat merupakan salah satu latihan kecerdasan spiritual, karena  sekedar rutin melakukan ibadah saja tidak cukup. Melakukan ibadah sesuai tuntunan Rasulullah, itulah yang harus ditanamkan sejak kecil.

Kamis, 13 Juni 2019

[Bunsay-Family Project] Berhitung

Game Level 3 - Family Project - Hari 1



Sesungguhnya di suasana post-Lebaran dengan support system yang belum lengkap (baca: ART masih mudik)  membuat saya kurang fokus untuk memikirkan family project untuk misi peningkatam kecerdasan anak ini. Saya baru menentukan aja kalau partner Game Level 3 adalah si Kakak. Di usianya yang 8 tahun, banyak hal-hal menantang yamg bisa digali untuk bahan family poject. Tadinya pengen skip hari pertama karena hari ini pagi saya di kantor, sore sampai malam menemani anak-anak playdate dengan teman-temannya. Rasanya gak ada waktu untuk proyek-proyekan.

Tapi setelah baca motivasi dari Bu Fasil tercintakuh, saya mikir masa sih seharian penuh ga ada sama sekali aktivitas yang bisa meningkatkan kecerdasan Kakak. Akhirnya kepilih salah satu aktivitas untuk meningkatkan IQ: menghitung uang! 😁

Tadi sore Kakak playdate ke Kidzania dengan teman-teman sekelasnya. Bagi yang belum tahu, di Kidzania anak-anak bisa "pura-pura" mencoba berbagai profesi kemudian mendapatkan upah dalam mata uang Kidzos. Walaupun uang pura-pura, anak-anak mah tetep aja seneng berasa dapet uang beneran.

Setelah bekerja di beberapa tempat, Kakak menghitung penghasilannya. Nominalnya ada yang 5, 10, dan 20. Awalnya pusing juga dia menghitung total Kidzos yang dia dapat.

Saya suruh pisahkan dulu uangnya sesuai nominalnya masing-masing.

Kakak menghitung lembaran uangnya sambil bergumam, "Yang 5 ada 3 jadi 5, 10, 15. Yang 10 ada 6, jadi 10, 20, 30, 40, 50, 60. Yang 20 ada 4 berarti 20, 40, 60, 80."

Tanpa sadar dia sudah melakukan perkalian ya sebenarnya. Instead of ngapalin 5x3 =15, 10x6 =60, dan 20x4 = 80, Kakak menyebut kelipatannya, yang merupakan konsep dasar perkalian.


"Jadi 15, 60, 80 berapa jumlahnya Ma?" Kalau jumlah puluhan harus ditulis di kertas sementara saat itu kami sedang tidak membawa alat tulis.

"15+60+80=155," jawab saya membantunya.

"Asyiiiik uangku udah 155!"

Alhamdulillah ya Kak, dapet gaji dan bisa ngitung juga gajinya 😬.