Seperti halnya membangun kesadaran untuk sholat 5 waktu, saya pun sedang membangun kesadaran Kakak untuk menutup aurat. Bersekolah di sekolah Islam telah membuatnya terbiasa memakai kerudung dan baju panjang, tapi terbiasa saja belum cukup, bukan? Perlu ditanamkan pengertian mengapa perempuan harus menutup seluruh bagian tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangan. Untuk hal ini, insya Allah Kakak pun sudah tahu.
Suatu hari, kami sekeluarga pergi berakhir pekan ke salah satu mol kebanggaan warga Tangsel 😝. Kakak dan Adik bermain di salah satu tempat bermaim hingga banjir keringat.
Kakak menghampiri saya dan bertanya, "Ma, panas nih. Boleh buka kerudung ga?"
Kalau menuruti respon spontan sih saya bisa bilang, "Gak boleh dong!"
Tapi saya teringat materi thinking skill-nya Wina Risman, instead of cuma merintah dan larang ini itu, ajak anak untuk berpikir.
Jadi saya hanya balik bertanya dengan satu kalimat pendek, "Menurut Kakak, boleh ga buka kerudung di sini?" sambil melihat ke arah orang-orang yang tidak kita kenal. Ada laki-laki, tentunya.
Muka Kakak antara kecewa bercampur malu. Mungkin sebenarnya dia sudah tahu jawabannya, tapi masih berharap saya melegitimasi alasannya membuka kerudung. Akhirnya dia tetap mengenakan kerudungnya, saya pun tak perlu jadi tiger mom yang melarang-larang 😬.
Sejujurnya saya bingung percakapan di atas termasuk poin komunikasi produktif yang mana, jadi saya labeli sendiri dengan:
Bukan melarang, tapi mengajak berpikir.
#Hari5
#GameLevel1
#KomunikasiProduktif
#KelasBundaSayang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar