Game Level 11 - Hari 10
Setelah lima materi kemarin yang disampaikan oleh teman-teman, hal yang paling saya ingat adalah tentang peran orang tua dalam membangkitkan fitrah seksualitas bukan tentang kelamin semata, tapi bagaimana secara seimbang ayah membentuk maskulinitas dan ibu membentuk feminitas pada diri anak. Sebelum kejauhan mengajarkan istilah penis/vagina atau bagaimana proses manusia diciptakan di rahim ibu, praktek membangkitkan fitrah seksualitas ini ternyata terkandung di aktivitas sehari-hari.
Contohnya hari ini, Abi mengajak anak-anak lomba tebak gambar. Kakak lawan Adek, tentu saja Kakak menang ya 😅. Seperti biasa, Adek kalau kalah masih baper, langsung nangis. Abi memainkan peran "tega" menyuruh Adek menerima kekalahan. Saya masih ngumpet di kamar, membiarkan Adek nangis dulu.
Setelah nangisnya selesai dan Adek main biasa lagi, saya baru keluar kamar. Melihat saya, Adek jadi nangis lagi, ngadu kalau dia gak suka kalah lomba tebak gambar. Saya dengarkan dan usap2 punggungnya Adek lalu bertanya, "Adek rasanya gimana kalah lomba?". "Rasanya gak enak." Tanpa berkata-kata lagi saya hanya merangkul Adek.
Di sini, Abinya anak-anak berperan memecut mental anak-anak tentang pahitnya hidup #tsah. Mama berperan menyediakan bahu untuk mereka menangis. Hidup itu memang ga selamanya menang ya, Dek. Memang kalah itu gak enak, tapi kita harus belajar menerima ya.
Sabtu, 29 Februari 2020
Jumat, 28 Februari 2020
[Bunsay-Fitrah Seksualitas] Peran Ayah dalam Pengasuhan untuk Membangkitkan Fitrah Seksualitas
Game Level 11 - Hari 9
Kalau kemarin bahasannya tentang peran kedua orang tua dalam membangkitkan fitrah seksualitas anak, hari ini lebih spesifik ke peran ayah. Sesungguhnya peran ayah bukan hanya mencari nafkah seperti stigma yang selama ini terbangun di masyarakat. Ayah juga berperan melakukan pendampingan anak agar anak belajar maskulinitas (ketangguhan, kepemimpinan, logika) darinya. Ketika anak laki-laki mencapai usia baligh, penjelasan tentang gejala-gejala yang muncul seperti mimpi basah dan tumbuhnya rambut harus datang dari ayah.
Ayah sebagai pencari nafkah tentunya tidak memiliki waktu bersama anak secara fisik sebanyak ibu. Tetapi hal ini tidak menjadi penghalang, karena kualitas kebersamaan di waktu-waktu yang sempit pun akan melekat di ingatan anak-anak. Noted, ayahnya kalau sedang bersama anak-anak harus diumpetin HPnya nih.
Mbak Yuni menceritakan salah satu trik menjelaskan tentang air mani bisa dengan mencampur sagu, kunyit dan air, serta lem UHU untuk madzi. Wah mungkin nanti di usia yang tepat saya juga bisa menunjukkan itu kepada anak-anak perempuan saya.
Kalau kemarin bahasannya tentang peran kedua orang tua dalam membangkitkan fitrah seksualitas anak, hari ini lebih spesifik ke peran ayah. Sesungguhnya peran ayah bukan hanya mencari nafkah seperti stigma yang selama ini terbangun di masyarakat. Ayah juga berperan melakukan pendampingan anak agar anak belajar maskulinitas (ketangguhan, kepemimpinan, logika) darinya. Ketika anak laki-laki mencapai usia baligh, penjelasan tentang gejala-gejala yang muncul seperti mimpi basah dan tumbuhnya rambut harus datang dari ayah.
Ayah sebagai pencari nafkah tentunya tidak memiliki waktu bersama anak secara fisik sebanyak ibu. Tetapi hal ini tidak menjadi penghalang, karena kualitas kebersamaan di waktu-waktu yang sempit pun akan melekat di ingatan anak-anak. Noted, ayahnya kalau sedang bersama anak-anak harus diumpetin HPnya nih.
Mbak Yuni menceritakan salah satu trik menjelaskan tentang air mani bisa dengan mencampur sagu, kunyit dan air, serta lem UHU untuk madzi. Wah mungkin nanti di usia yang tepat saya juga bisa menunjukkan itu kepada anak-anak perempuan saya.
Kamis, 27 Februari 2020
[Bunsay-Fitrah Seksualitas] Peran Orang Tua dalam Membangun Fitrah Seksualitas
Game Level 11 - Hari 8
Hari ini belajar lebih dalam lagi mengenai peran orang tua dalam membangun fitrah seksualitas anak. Di setiap rentang usia anak, ayah dan ibu memiliki peran masing-masing:
Hari ini belajar lebih dalam lagi mengenai peran orang tua dalam membangun fitrah seksualitas anak. Di setiap rentang usia anak, ayah dan ibu memiliki peran masing-masing:
- Usia 0-2 tahun, di masa menyusui anak harus dekat dengan ibunya
- Usia 3-6 tahun, anak harus dekat dengan kedua orang tuanya agar anak mendapatkan keseimbangan feminitas dari ibunya dan maskulinitas dari ayahnya.
- Usia 7-10 tahun, anak laki-laki harus dekat dengan ayahnya dan anak perempuan dekat dengan ibunya agar mereka belajar bagaimana seharusnya berpikir dan berperilaku sesuai gender masing-masing.
- Usia di atas 10 tahun, dibalik, anak laki-laki harus dekat dengan ibunya dan anak perempuan harus dekat dengan ayahnya sebagai pembelajaran tentang lawan jenis.
Membangun fitrah seksualitas bukan hanya masalah kelamin semata, tetapi juga membangun kedekatan dan kelekatan hati orang tua dengan anak-anak.
Resiko ketika fitrah seksualitas anak tidak terpenuhi, akan terjadi penyimpangan seksual. LGBT merupakan efek ekstrim dari absennya fitrah ini, penyimpangan perilaku laki-laki yang kasar atau perempuan yang tidak simpatik juga merupakan dampak negatifnya.
Rabu, 26 Februari 2020
[Bunsay-Fitrah Seksualitas] Menghindari Kejahatan Seksual
Game Level 11 - Hari 7
Hari ini giliran tim saya yang presentasi di WAG, bersama Mbak Anggi, Mbak Dyan, dan Mbak Ria. Ketika menyusun bahan-bahan presentasi, hati ini mencelos karena mau gak mau kami juga harus mengumpulkan data-data kejahatan seksual terhadap anak yang sudah terjadi.
Data jumlah kejahatan seksual terhadap anak masih berbeda-beda setiap sumber, yang jelas angkanya terus bertambah setiap tahun. Saya menduga kasus yang ketahuan ini hanya puncak gunung es, mungkin lebih banyak lagi yang tidak terlaporkan ðŸ˜. Ngenesnya lagi, hanya sekitar 6% kejadian ini dilakukan oleh orang tak dikenal, paling banyak dilakukan oleh teman/sebaya. Itulah pentingnya kita mengetahui dengan siapa anak-anak kita bergaul, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Kejahatan seksual banyak bentuknya, tidak hanya penetrasi alat kelamin, tapi perbuatan ekshibisionis, memanfaatkan foto anak-anak untuk kepuasan seksual pun sudah termasuk kejahatan seksual.
Semua yang terjadi atas izin Allah, tapi kita sebagai orang tua bisa berikhtiar untuk menghindarkan anak kita dari kejahatan seksual. Dasar dari bentuk penghindaran ini tentunya pendidikan seksual sejak dini, yang sudah dipaparkan oleh kelompok sebelumnya. Langkah-langkah praktis yang bisa kita lakukan sebagai orang tua antara lain mengajarkan anak untuk berani, membatasi interaksi dengan orang asing, bijak menggunakan gawai (termasuk orang tuanya), dan lain-lain.
Hari ini giliran tim saya yang presentasi di WAG, bersama Mbak Anggi, Mbak Dyan, dan Mbak Ria. Ketika menyusun bahan-bahan presentasi, hati ini mencelos karena mau gak mau kami juga harus mengumpulkan data-data kejahatan seksual terhadap anak yang sudah terjadi.
Data jumlah kejahatan seksual terhadap anak masih berbeda-beda setiap sumber, yang jelas angkanya terus bertambah setiap tahun. Saya menduga kasus yang ketahuan ini hanya puncak gunung es, mungkin lebih banyak lagi yang tidak terlaporkan ðŸ˜. Ngenesnya lagi, hanya sekitar 6% kejadian ini dilakukan oleh orang tak dikenal, paling banyak dilakukan oleh teman/sebaya. Itulah pentingnya kita mengetahui dengan siapa anak-anak kita bergaul, baik di dunia nyata maupun dunia maya.
Kejahatan seksual banyak bentuknya, tidak hanya penetrasi alat kelamin, tapi perbuatan ekshibisionis, memanfaatkan foto anak-anak untuk kepuasan seksual pun sudah termasuk kejahatan seksual.
Semua yang terjadi atas izin Allah, tapi kita sebagai orang tua bisa berikhtiar untuk menghindarkan anak kita dari kejahatan seksual. Dasar dari bentuk penghindaran ini tentunya pendidikan seksual sejak dini, yang sudah dipaparkan oleh kelompok sebelumnya. Langkah-langkah praktis yang bisa kita lakukan sebagai orang tua antara lain mengajarkan anak untuk berani, membatasi interaksi dengan orang asing, bijak menggunakan gawai (termasuk orang tuanya), dan lain-lain.
Selasa, 25 Februari 2020
[Bunsay-Fitrah Seksualitas] Pengaruh Media Digital terhadap Fitrah Seksualitas
Game Level 11 - Hari 6
Judul hari ini sangat relatable dengan anak-anak yang digital native. Hidup di zaman digital, jelas tidak mungkin mengisolasi anak-anak dari benda bernama media digital.
Ternyata Kemenkes sudah mengeluarkan rekomendasi penggunaan gawai untuk anak:
1. Usia 0-6 bulan belum diperkenalkan
2. Usia 1-2 tahun penggunaan hanya maksimal 1 jam per hari
3. Usia 3-6 tahun masih harus diawasi oleh orang tua
4. Usia >6 tahun boleh menggunakan untuk program anak-anak, tidak lebih dari 3 jam per hari
Berbeda dengan AAP yang merekomendasikan penggunaan gawai sebagai berikut:
1. Usia <18 bulan="" hanya="" komunikasi="" p="" untuk="">2. Usia 18-24 tahun dengan pendampingan orang tua
3. Usia 2-5 tahun dengan pembatasan maksimal 2 jam per hari
Setiap teknologi pasti memiliki manfaat sekaligus ancaman. Media digital membuka luas akses informasi, pendidikan, pertemanan, yang bisa mendukung kecerdasan emosional dan keterampilan sosial. Di sisi lain, ada resiko cyber-bullying, gangguan tumbuh kembang, gangguan tidur, obesitas, terperangkap di dunia maya, dan eksploitasi online.
Pastinya kunci penggunaan media digital agar sejalan dengan fitrah seksualitas harus dibarengi pendampingan orang tua. Saya sebagai orangtua harus membekali dasar iman yang kuat, tidak boleh gagap teknologi, harus jadi teman yang asik bagi anak-anak, harus membuat kesepakatan tentang penggunaan gawai, menjadi contoh (oops, masih suka lupa waktu kalau pegang HP) dan optimalisasi penggunaan gawai untuk hal bermanfaat. 18>
Judul hari ini sangat relatable dengan anak-anak yang digital native. Hidup di zaman digital, jelas tidak mungkin mengisolasi anak-anak dari benda bernama media digital.
Ternyata Kemenkes sudah mengeluarkan rekomendasi penggunaan gawai untuk anak:
1. Usia 0-6 bulan belum diperkenalkan
2. Usia 1-2 tahun penggunaan hanya maksimal 1 jam per hari
3. Usia 3-6 tahun masih harus diawasi oleh orang tua
4. Usia >6 tahun boleh menggunakan untuk program anak-anak, tidak lebih dari 3 jam per hari
Berbeda dengan AAP yang merekomendasikan penggunaan gawai sebagai berikut:
1. Usia <18 bulan="" hanya="" komunikasi="" p="" untuk="">2. Usia 18-24 tahun dengan pendampingan orang tua
3. Usia 2-5 tahun dengan pembatasan maksimal 2 jam per hari
Setiap teknologi pasti memiliki manfaat sekaligus ancaman. Media digital membuka luas akses informasi, pendidikan, pertemanan, yang bisa mendukung kecerdasan emosional dan keterampilan sosial. Di sisi lain, ada resiko cyber-bullying, gangguan tumbuh kembang, gangguan tidur, obesitas, terperangkap di dunia maya, dan eksploitasi online.
Pastinya kunci penggunaan media digital agar sejalan dengan fitrah seksualitas harus dibarengi pendampingan orang tua. Saya sebagai orangtua harus membekali dasar iman yang kuat, tidak boleh gagap teknologi, harus jadi teman yang asik bagi anak-anak, harus membuat kesepakatan tentang penggunaan gawai, menjadi contoh (oops, masih suka lupa waktu kalau pegang HP) dan optimalisasi penggunaan gawai untuk hal bermanfaat. 18>
Senin, 24 Februari 2020
[Bunsay-Fitrah Seksualitas] Pendidikan Fitrah Seksualitas Sejak Dini
Game Level 11 - Hari 5
Hari ini merupakan hari pertama penyampaian presentasi dari salah satu kelompok di kelas Bunsay, yaitu Kelompok 10 tentang pendidikan fitrah seksualitas sejak dini.
Menurut kelompok ini, definisi pendidikan seksualitas adalah proses/kegiatan/aktivitas membantu anak memahami dirinya sehingga ia dapat berpikir, merasa, bertindak, bersikap sesuai fitrah seksualitasnya. Fitrah seksualitas meliputi jenis kelamin, bentuk tubuh, berpikir, merasa, bersikap, serta bertindak sesuai gendernya. Pendidikan fitrah seksualitas diperlukan untuk membentuk wanita yang lembut hati dan laki-laki yang gagah berani sesuai fitrah Allah, dan pada akhirnya agar kita semua berkumpul di surga.
Pendidikan fitrah seksualitas ini dimulai sejak bayi yang kuncinya terletak pada kedekatan hubungan antara anak dengan ayah dan ibunya.
Fungsi pendidikan ini adalah agar anak mengenali identitas dan peran seksualitas pada dirinya, anak menjadi terbuka kepada orangtuanya, hingga ia dapat melindungi dirinya sendiri.
Hari ini merupakan hari pertama penyampaian presentasi dari salah satu kelompok di kelas Bunsay, yaitu Kelompok 10 tentang pendidikan fitrah seksualitas sejak dini.
Menurut kelompok ini, definisi pendidikan seksualitas adalah proses/kegiatan/aktivitas membantu anak memahami dirinya sehingga ia dapat berpikir, merasa, bertindak, bersikap sesuai fitrah seksualitasnya. Fitrah seksualitas meliputi jenis kelamin, bentuk tubuh, berpikir, merasa, bersikap, serta bertindak sesuai gendernya. Pendidikan fitrah seksualitas diperlukan untuk membentuk wanita yang lembut hati dan laki-laki yang gagah berani sesuai fitrah Allah, dan pada akhirnya agar kita semua berkumpul di surga.
Pendidikan fitrah seksualitas ini dimulai sejak bayi yang kuncinya terletak pada kedekatan hubungan antara anak dengan ayah dan ibunya.
Fungsi pendidikan ini adalah agar anak mengenali identitas dan peran seksualitas pada dirinya, anak menjadi terbuka kepada orangtuanya, hingga ia dapat melindungi dirinya sendiri.
Minggu, 23 Februari 2020
[Bunsay-Fitrah Seksualitas] Malu itu Perlu
Game Level 11 - Hari 4
Saya perhatikan semakin Kakak besar, semakin muncul rasa malunya untuk membuka aurat. Contohnya, sekarang sudah tidak mau lagi buka baju apalagi dimandikan oleh abinya. Kalau Abinya sedang mandi atau berpakaian pun sudah sadar diri untuk tidak melihat. Keluar kamar cuma berbaju dalam sudah malu. Tidak pakai kerudung ketika bertemu teman laki-lakinya pun ngumpet.
Kalau Adek, masih cuek saja lari-larian tanpa baju di dalam rumah, hehe. Abinya sedang mandi pernah iseng ngintip-ngintip 🙈. Kami masih punya PR mengajarkan Adek bahwa malu itu perlu.
Saya perhatikan semakin Kakak besar, semakin muncul rasa malunya untuk membuka aurat. Contohnya, sekarang sudah tidak mau lagi buka baju apalagi dimandikan oleh abinya. Kalau Abinya sedang mandi atau berpakaian pun sudah sadar diri untuk tidak melihat. Keluar kamar cuma berbaju dalam sudah malu. Tidak pakai kerudung ketika bertemu teman laki-lakinya pun ngumpet.
Kalau Adek, masih cuek saja lari-larian tanpa baju di dalam rumah, hehe. Abinya sedang mandi pernah iseng ngintip-ngintip 🙈. Kami masih punya PR mengajarkan Adek bahwa malu itu perlu.
Sabtu, 22 Februari 2020
[Bunsay-Fitrah Seksualitas] Konsep Mahram
Game Level 11 - Hari 3
Memahami aurat tentunya harus dibarengi pemahaman tentang mahram juga. Mahram sederhananya adalah orang yang haram untuk dinikahi. Kepada mahram, kita boleh menunjukkan aurat dan bersentuhan. Dengan budaya bersalaman di Indonesia yang saling berjabatan tangan, cukup menantang juga mengajarkan bahwa bersalaman dengan nonmahram tidak boleh bersentuhan.
Suatu hari, Adek pergi berdua bersama Abinya untuk bertemu temannya Abi. Kebetulan teman suami mengajak juga anaknya yang laki-laki seumuran Adek (3 tahun). Saat jalan bareng, sang anak tiba-tiba menggandeng tangannya Adek. Saya paham sih anak seumuran dia hanya mencoba ramah. Adek yang memang tidak suka dengan orang asing langsung menepis tangan si anak laki-laki sambil menangis, hehe...
Sepulangnya di rumah, Adek cerita tentang kejadian itu ke saya. Saya tanya Adek kenapa nangis? Dia gak suka tangannya dipegang. "Adek malu dipegang sama laki-laki." Masya Allah, padahal saya belum pernah mengajarinya kalau tidak boleh bersentuhan dengan laki-laki nonmahram, tapi secara naluriah dia sudah memiliki rasa malu ketika berpegangan dengan teman laki-laki.
"Adek kalau gak suka memang ga usah pegangan. Yang boleh pegang tangan Adek siapa ya?"
"Mama, Abi, Kakak."
"Kalau Onti (tantenya), Onta (pamannya), Enin, Abah boleh?"
"Boleh, kan keluarga."
Alhamdulillah Adek paham 😊.
Memahami aurat tentunya harus dibarengi pemahaman tentang mahram juga. Mahram sederhananya adalah orang yang haram untuk dinikahi. Kepada mahram, kita boleh menunjukkan aurat dan bersentuhan. Dengan budaya bersalaman di Indonesia yang saling berjabatan tangan, cukup menantang juga mengajarkan bahwa bersalaman dengan nonmahram tidak boleh bersentuhan.
Suatu hari, Adek pergi berdua bersama Abinya untuk bertemu temannya Abi. Kebetulan teman suami mengajak juga anaknya yang laki-laki seumuran Adek (3 tahun). Saat jalan bareng, sang anak tiba-tiba menggandeng tangannya Adek. Saya paham sih anak seumuran dia hanya mencoba ramah. Adek yang memang tidak suka dengan orang asing langsung menepis tangan si anak laki-laki sambil menangis, hehe...
Sepulangnya di rumah, Adek cerita tentang kejadian itu ke saya. Saya tanya Adek kenapa nangis? Dia gak suka tangannya dipegang. "Adek malu dipegang sama laki-laki." Masya Allah, padahal saya belum pernah mengajarinya kalau tidak boleh bersentuhan dengan laki-laki nonmahram, tapi secara naluriah dia sudah memiliki rasa malu ketika berpegangan dengan teman laki-laki.
"Adek kalau gak suka memang ga usah pegangan. Yang boleh pegang tangan Adek siapa ya?"
"Mama, Abi, Kakak."
"Kalau Onti (tantenya), Onta (pamannya), Enin, Abah boleh?"
"Boleh, kan keluarga."
Alhamdulillah Adek paham 😊.
Jumat, 21 Februari 2020
[Bunsay-Fitrah Seksualitas] Aurat
Game Level 11 - Hari 2
Memberikan pemahaman konsep aurat merupakan salah satu modal mengajari fitrah seksualitas anak. Definisi mudah yang saya berikan kepada anak-anak tentang aurat adalah: tertutup baju, tidak boleh dilihat dan dipegang orang lain kecuali keluarga dan mbak. "Dipegang" juga konteksnya untuk mandi dan cebok.
Kakak sejak sekolah sudah tahu aurat perempuan dalam Islam, alhamdulillah dengan kesadaran sendiri sudah berkerudung kalau keluar rumah, kadang kalau untuk main sepeda atau ke warung masih belum pake sih. Kalau adek auratnya baru sebatas yang ditutup baju saja. Selalu dibiasakan untuk langsung pakai baju setelah mandi, tidak ganti baju di depan umum, tidak keluar kamar tanpa baju kalau ada tamu.
Bagi saya, relatif mudah mengajarkan untuk menutup aurat simply karena tinggal diperlihatkan contohnya saja. Saya sehari-hari pakai kerudung ke luar rumah, anak-anak sejak kecil pun suka ikut-ikutan pakai walaupun belum paham.
Memberikan pemahaman konsep aurat merupakan salah satu modal mengajari fitrah seksualitas anak. Definisi mudah yang saya berikan kepada anak-anak tentang aurat adalah: tertutup baju, tidak boleh dilihat dan dipegang orang lain kecuali keluarga dan mbak. "Dipegang" juga konteksnya untuk mandi dan cebok.
Kakak sejak sekolah sudah tahu aurat perempuan dalam Islam, alhamdulillah dengan kesadaran sendiri sudah berkerudung kalau keluar rumah, kadang kalau untuk main sepeda atau ke warung masih belum pake sih. Kalau adek auratnya baru sebatas yang ditutup baju saja. Selalu dibiasakan untuk langsung pakai baju setelah mandi, tidak ganti baju di depan umum, tidak keluar kamar tanpa baju kalau ada tamu.
Bagi saya, relatif mudah mengajarkan untuk menutup aurat simply karena tinggal diperlihatkan contohnya saja. Saya sehari-hari pakai kerudung ke luar rumah, anak-anak sejak kecil pun suka ikut-ikutan pakai walaupun belum paham.
Kamis, 20 Februari 2020
[Bunsay-Fitrah Seksualitas] Fitrah Seksualitas Sesuai Usia
Game Level 11 - Hari 1
Setelah level sebelumnya perdana pakai jatah bolos 😓, insya Allah siap tempur lagi di level 11 ini. Apalagi temanya penting banget: fitrah seksualitas. Membangun fitrah seksualitas anak sesuai usianya akan menentukan bagaimana anak kita ke depannya. Qadarullah saya dikaruniai dua anak perempuan, jadi bisa fokus memahami fitrah seksualitas anak perempuan saja.
Menurut Ustadz Harry Santosa, pada usia 3-6 tahun anak perempuan harus sudah memahami dan mendeklarasikan jenis kelaminnya sendiri. Ini adalah tahapan yang sedang dialami Adek. Alhamdulillah Adek sudah paham kalau dirinya perempuan, sudah bisa membedakan perempuan dan laki-laki walaupun masih dari tampilan fisik luarnya: perempuan rambutnya panjang, kadang pakai anting, kadang pakai rok, baju warna-warni semacam merah, pink, ungu.
Anak perempuan usia 7-10 tahun harus lebih dekat dengan ibunya untuk belajar bagaimana fitrah sebagai perempuan dan sebagai ibu. Inilah tahapan usia Kakak, sudah lebih menantang ya. Saya sendiri merasa belum mampu menjadi contoh perempuan dan ibu yang seharusnya, jadinya sama-sama belajar bersama Kakak bagaimana menjadi muslimah dalam Islam.
Setelah level sebelumnya perdana pakai jatah bolos 😓, insya Allah siap tempur lagi di level 11 ini. Apalagi temanya penting banget: fitrah seksualitas. Membangun fitrah seksualitas anak sesuai usianya akan menentukan bagaimana anak kita ke depannya. Qadarullah saya dikaruniai dua anak perempuan, jadi bisa fokus memahami fitrah seksualitas anak perempuan saja.
Menurut Ustadz Harry Santosa, pada usia 3-6 tahun anak perempuan harus sudah memahami dan mendeklarasikan jenis kelaminnya sendiri. Ini adalah tahapan yang sedang dialami Adek. Alhamdulillah Adek sudah paham kalau dirinya perempuan, sudah bisa membedakan perempuan dan laki-laki walaupun masih dari tampilan fisik luarnya: perempuan rambutnya panjang, kadang pakai anting, kadang pakai rok, baju warna-warni semacam merah, pink, ungu.
Anak perempuan usia 7-10 tahun harus lebih dekat dengan ibunya untuk belajar bagaimana fitrah sebagai perempuan dan sebagai ibu. Inilah tahapan usia Kakak, sudah lebih menantang ya. Saya sendiri merasa belum mampu menjadi contoh perempuan dan ibu yang seharusnya, jadinya sama-sama belajar bersama Kakak bagaimana menjadi muslimah dalam Islam.
Langganan:
Komentar (Atom)