Rabu, 28 Agustus 2019

[Bunsay-Aliran Rasa] Membaca Membuka Cakrawala

Perkembangan teknologi telah membawa kita ke era digital. Data, transaksi keuangan, musik, sampai buku pun sudah terdigitalisasi. Apakah membaca buku digital adalah sesuatu yang buruk? Di satu sisi, kita dapat menghemat kertas dan ruang karena tidak lagi menggunakan fisik buku. Di sisi lain, pakar menyarankan untuk menghindari buku digital karena paparan sinar biru dari layar gadget dapat merusak kesehatan mata.

Anyway, saya masih menyukai interaksi dengan buku konvensional, melalui bau kertasnya dan suara gesekan lembar-lembarnya. Untuk anak-anak pun saya masih membelikan buku konvensional sampai rak bukunya penuh. Sambil membaca atau dibacakan, anak-anak terstimulasi motorik halusnya melalui gerakan membuka lembaran buku dan rabaan permukaan sampul dan halaman kertasnya. Tetapi saya tidak memungkiri bahwa di masa depan nanti mungkin posisi buku konvensional akan terganti sepenuhnya dengan buku digital. Teknologi berubah, manusia pun beradaptasi. Mungkin saja nanti tubuh manusia akan ikut berevolusi karena adaptasinya menghadapi layar gawai 24/7.

Apapun bentuknya, saya hanya ingin anak-anak saya memiliki kemampuan literasi yang baik. Kakak yang dominan auditori, di usia SD ini masih lebih suka read aloud dengan Mamanya. Kadang (iya kadang, gak selalu) setelah membaca saya "mengetes" pemahaman Kakak akan buku yang dibacanya melalui pertanyaan 5W1H. Adek, yang belum bisa membaca, masih suka dibacakan buku yang bergambar dan ada aktivitasnya. Sebagai anak-anak perempuan, buku-buku kesukaan mereka tidak jauh-jauh dari princess 😀. Tetapi saya baru amati akhir-akhir ini Kakak cukup antusias dengan buku-buku tentang hewan.

Bagaimana dengan saya sendiri? Kalau untuk menghadapi tantangan 10 hari ini, saya mengaku kalah. Waktu untuk membaca buku masih kalah dengan membaca HP 😰😰😰. Tapi untuk jangka panjang, saya tidak boleh kalah lagi dong. Bagaimana saya bisa menarik minat anak-anak untuk membaca jika mereka melihat Mamanya sendiri lebih sering pegang HP daripada buku?

Dengan berakhirnya game level 5 ini, bukan berarti tantangan saya berakhir. Di tengah-tengah gempuran Disney junior, Youtube, dan Netflix ini, tantangan orang tua jaman sekarang lebih besar untuk menjaga minat baca anak-anak. Semoga pohon yang tertempel di pintu kamar anak-anak ini akan bertambah rimbun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar