Game Level 6 - Hari 1
Materi di Level 6 adalah tentang menstimulasi kecerdasan matematika logis. Sejak mengikuti Training Montessori 2 tahun lalu, saya mulai paham bahwa matematika itu bukan hanya mengerjakan soal berhitung dan bergulat dengan rumus-rumus memusingkan. Belajar matematika adalah melatih logika, sesederhana membedakan besar-kecil, panjang-pendek, banyak-sedikit, hitam-putih. Jadi betapa senangnya saya di Game Level 6 ini hasil belajar saya dari Training Montessori bisa sangat bermanfaat.
Hari pertama dimulai dengan Adek bekerja menggunakan apparatus paling populer di dunia Montessori: The Pink Tower *bagi saya sih, soalnya warnanya pink 😂. Belajar matematika bisa dengan cara menyusun balok-balok menjadi menara, lho! Balok-balok ini harusnya berjumlah 10 buah, tapi sayangnya balok paling kecil lagi nyelip entah ke mana jadi tinggal 9 buah 😅.
 |
| Voila! Menaraku jadi! |
Untuk menjadi menara seperti ini, Adek masih dipandu oleh saya. Kalau tidak dipandu, urutan baloknya semau-maunya dia aja jadi asimetris 😬. Sebenarnya yang lebih penting bukan masalah menaranya simetris atau tidak, tapi dalam proses menyusun ini, Adek harus membandingkan mana balok yang lebih besar atau kecil di antara yang lainnya. Pertama saya bertanya ke Adek mana balok paling besar? Kadang langsung benar, kadang salah juga. Kalau salah, saya tanya lagi jika balok yang dia pilih dibandingkan dengan balok yang benar, lebih besar mana? Jadi Adek belajar konsep besar dan kecil. Dengan membanding-bandingkan dua balok seperti itu, akhirnya jadi deh menara yang berurutan dari balok paling besar hingga paling kecil.
 |
Membandingkan dua balok, mana yang lebih besar?
|
Setelah jadi, jumlah baloknya dihitung: 1, 2, 3, ......, 9. Sekarang Adek pengen bikin menara desainnya sendiri. Bebaskeunlah!
 |
| Desain 1 |
 |
| Desain 2 |
Bikin menara ngacak gitu, apa cuma biar Adek seneng aja? Ternyata membuat menara yang secara kasat mata ga beraturan ini ada proses belajarnya juga lho. Membuatnya menaranya bisa tegap berdiri begini harus lewat proses trial and error dulu, alias pada berjatuhan dulu baloknya. Misal ketika balok kecil langsung ditindih oleh balok paling besar, ya pasti roboh lah ya. Ketika roboh, Adek mencoba kombinasi balok-balok yang lain lagi, sampai jadi deh dua jenis desain seperti di atas. Secara tidak sadar, Adek sudah belajar mengukur kombinasi balok seperti apa yang bisa membuat menaranya tegap juga. Hmmm udah cocok jadi ahli teknik sipil, Dek! #mamaambisius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar