Rabu, 21 Maret 2018

[MIIP] NHW #9 Bunda Sebagai Agen Perubahan

Whaaaaat? Udah NHW #9??? Rasanya baru kemaren pusing-pusing berjamaah dengan temen-temen Tangsel 3 milih satu jurusan ilmu hidup, taunya sekarang udah ketemu NHW terakhir aja 😣😣😣. Pekan ini suasana grup jadi agak mellow karena semua serba terakhir. Materi terakhir, NHW terakhir huhuhu....

Oke, jadi di NHW terakhir ini kami diinstruksikan untuk melihat ke luar rumah kita. Oh ternyata di luar ada tukang siomay lewat. Maksudnya setelah kita selesai menyelami diri kita dan keluarga kita, kini kita harus memperhatikan isu yang terjadi di masyarakat sekitar. Untuk dapat mengidentifikasi isu tersebut, kita harus memiliki EMPATHY dan PASSION, sehingga dapat membuat SOCIAL VENTURE. Untuk tugas tersebut alhamdulillah dipermudah dengan mengisi tabel di bawah:


Berawal dari minat yang kami pilih serta keahlian yang diperlukan di NHW #1, melihat isu sosial di masyarakat dengan menggunakan EMPATHY, sesuai dengan PASSION yang saya miliki, maka saya merencanakan ide sosial yang akan saya buat adalah kegiatan Yuk Belajar Mengaji. Kegiatan ini direncanakan diselenggarakan seminggu sekali, menimbang kegiatan anak-anak sekolah dan ibu-ibu yang biasanya sibuk dengan urusan domestik/publik. Untuk lokasinya, saya berpikir di masjid kompleks atau mungkin berputar di rumah para peserta. Kalau rumah saya terlalu kecil 😁. Untuk metode dan kurikulum pengajaran saya adopsi langsung dari Rumah Quran As-Syifa tempat saya sekarang belajar tahsin.

Sekian tulisan untuk  NHW pekan terakhir (huhuhu mellow lagi deh). Seperti semua teman-teman peserta matrikulasi, tentunya saya berharap bisa lulus matrikulasi ini agar bisa naik kelas ke jenjang berikutnya, tetapi harapan saya yang lebih besar adalah semoga saya bisa konsisten melakukan hal-hal yang sudah saya susun dari NHW #1 sampai NHW #9 ini 😇.

-Karlina-

Sabtu, 17 Maret 2018

[MIIP] NHW#8 Misi Hidup dan Produktivitas

Pekan ke DELAPAN! Artinya ini NHW ke dua dari terakhir di kelas matrikulasi IIP batch 5. Pertanyaannya tentu semakin rinci, tapi anehnya di pekan ini saya tidak merasa terlalu kesulitan menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Apa mungkin setelah dibimbing selama 7 pekan akhirnya saya makin mengenal diri sendiri dan makin tahu apa misi hidup saya ya? Anyhow, di NHW pekan ini ada tiga pertanyaan (yang beranak pinak).

a. Ambil salah satu dari ranah aktivitas yang sudah teman-teman tulis di kuadran SUKA dan BISA (lihat NHW#7)

Di NHW#7 saya mengisi dua aktivitas di kuadran 1, yaitu meneliti dan mengajar. Saya memutuskan untuk memilih aktivitas "mengajar" yang paling sesuai dengan jurusan ilmu hidup yang saya pilih. To be specific, mengajar tahsin.

b. Setelah ketemu satu hal, jawablah pertanyaan “BE DO HAVE” di bawah ini :
1. Mental seperti apa yang harus anda miliki untuk menjadi seperti yang anda inginkan ? (BE)
2. Apa yang harus anda lakukan untuk menjadi seperti yang anda harapkan ? (DO)
3. Apa yang akan anda lakukan apabila anda sudah memiliki yang anda harapkan? (HAVE)

1. Untuk bisa mengajar, saya harus memiliki mental seorang guru. Lebih detailnya, seorang guru itu harus:

  • Selalu haus akan ilmu
  • Senang berbagi 
  • Senang melihat orang lain maju, bahkan lebih maju dari dirinya sendiri
  • Sabar
2. Untuk memiliki mental di atas, saya harus:
  • Meluruskan niat berbagi ilmu sebagai bagian dari ibadah kepada Allah Subhana Wa Ta'ala
  • Terus mengasah ilmu yang ingin saya ajari. 
  • Berlatih sabar
3. Ketika saya menjadi guru tahsin, yang saya ingin miliki hanyalah murid :). Apalah artinya guru tanpa murid. 
 

c. Perhatikan 3 aspek dimensi waktu di bawah ini dan isilah:
1. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu kehidupan kita (lifetime purpose)

Memberantas buta huruf Al-Quran dan mengajak semua umat Islam mencintai Al-Quran.

2.Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu 5-10 tahun ke depan ( strategic plan)

Plan A: Daripada mendirikan Rumah Quran sendiri, saya memilih berkolaborasi dengan Rumah Quran atau kelompok pengajian yang sudah ada untuk menyebarkan ilmu tahsin.

Plan B: Jika saya harus mengikuti suami dinas ke luar Jakarta dan ditempatkan di lokasi yang belum ada kelompok pengajiannya, baru saya akan menginisiasi kelompok pengajian sendiri.

3. Apa yang ingin kita capai dalam kurun waktu satu tahun ( new year resolution)

Lulus belajar tahsin dan mulai mengajar di Rumah Quran As-Syifa tempat saya belajar sekarang.

Sebenarnya saya masih punya pertanyaan yang belum terjawab soal poin "HAVE" jadi saya masih menjawab berdasarkan interpretasi saya sendiri 😊. Saya mencoba membuat planning dalam tiga dimensi waktu ini serealistis mungkin sesuai kemampuan diri, semoga planning ini bisa membuat perubahan, sekecil apapun ya. Yang penting jangan sampai KALAH!

-Karlina-

Kamis, 08 Maret 2018

[MIIP] NHW #7 Tahapan Menuju Bunda Produktif

Setelah melalui tahap bunda sayang dan bunda cekatan di 6 NHW sebelumnya, sekarang waktunya masuk ke tahap bunda produktif. NHW kali ini juga seru karena kita disuruh tes bakat 😀. Baru tau lho kalau sekarang ada tes bakat online dan yang paling penting gratis. Salah satu tools tes bakat yang direkomendasikan adalah temubakat.com. Saya sudah mencoba tesnya dan berikut hasilnya:
dan ini hasil pengklasterannya:
Ini hasil tes yang didapat di percobaan kedua, karena yang pertama kok rasanya ga yakin statement-statement yang dipilih benar-benar menggambarkan diri saya atau bukan 😀. Ups, apakah ini pertanda saya belum mengenali diri sendiri dengan baik?
Ternyata hasil tes kesatu dan kedua gak beda jauh, cuma ada perbedaan 2 persen di clustering dan ada tambahan area potensi kekuatan.

Alhamdulillah kelas MIIP Tangsel 3 berkesempatan jadi WAG pertama yang kedatangan tamu santri Abah Rama, pencipta temubakat.com, yaitu mbak Rima. Oleh Mbak Rima, kami diajari cara membaca hasil tes bakat. Jadi, kalau selama ini tes bakat sering langsung mengarahkan ke profesi tertentu, ternyata hal tersebut malah menyempitkan wadah penyaluran bakat kita. Menyalurkan bakat tidak hanya di pekerjaan ranah publik, tetapi sangat bermanfaat juga untuk pekerjaan di ranah domestik. Oleh karena itu, dengan tidak bekerja di ranah publik bukan berarti kita menyia-nyiakan bakat kita.

Nah, apa artinya grafik dan persentase di atas?

Grafik di atas menunjukkan potensi kekuatan saya di area berwarna merah, dan potensi kelemahan saya di area berwarna hitam, jadi saya akan fokus di dua warna itu saja.

Potensi kekuatan saya di area:

  • Analyst: suka dengan angka dan data, kurang percaya dengan sesuatu yang intuitif
  • Communicator: senang mengkomunikasikan sesuatu yang sulit menjadi menarik
  • Designer: selain memiliki sifat analitis juga memiliki banyak ide
  • Educator: selalu ingin memajukan orang lain dan senang melihat kemajuan orang lain
  • Evaluator: analitis, teliti, dan selalu mengumpulkan informasi
  • Explorer: senang mempelajari latar belakang, senang olah pikir dan menyendiri
  • Interpreter: analitis dan senang berkomunikasi
Potensi kelemahan saya di area:
  • Ambassador: layak dipercaya, senang membina hubungan persahabatan, dan senang berkomunikasi dengan orang lain
  • Seller: senang mempengaruhi/meyakinkan orang lain dengan memelihara hubungan, menonjolkan kehebatan produk/jasa yang dijual, membujuk orang untuk membeli produk/jasa tersebut.
  • Journalist: mudah menyesuaikan dirinya, senang menjelaskan sesuatu yang biasa menjadi luar biasa, berpikiran strategis, mempunyai banyak ide.
  • Marketer: orang yang senang menunjukkan kelebihan, mengkomunikasikannya, berpikir strategis, memiliki banyak ide.
  • Producer: pekerja keras yang senang dengan keteraturan dan kurang sabar dalam bertindak.
  • Synthesizer: senang mengatur sumber daya dan menggabungkannya menjadi sesuatu yang baru, berpikir strategis dan terencana. 
Dari 8 klaster yang ada, potensi kekuatan saya ada di lima klaster dengan dua klaster dominan yaitu Reasoning dan Networking. 

Setelah menguraikan hasil tes bakat, kami disuruh mencocokkan hasil tersebut. Hmmm...saya buat tabel saya upaya lebih mudah.


Sebagian besar area potensi kekuatan di atas memang cocok dengan diri saya, hanya saya bingung kok disebut saya berbakat sebagai designer ya hehe... Rasanya saya tidak punya minat dan skill untuk itu.

Kalau ini konfirmasi untuk potensi kelemahan:

Area potensi kelemahan ini juga sebagian besar cocok, kecuali ambassador. Kalau melihat uraiannya, saya cocok deh dengan area ambassador hihi...

Nah.... di NHW-NHW sebelumnya, saya sudah menentukan bahwa jurusan ilmu hidup yang akan saya tekuni adalah menjadi guru tahsin. Melihat potensi bakat yang saya miliki, alhamdulillah sudah cocok karena ada area Communicator, Educator, Designer (mendesain sistem pembelajaran oke lah saya ada bakat juga), Evaluator, dan Interpreter.  Insya Allah potensi kekuatan saya di kemampuan berkomunikasi, senang memajukan orang lain dan membuat orang lain maju, kemampuan analitis, penciptaan ide-ide baru, dan kemampuan olah pikir sangat mendukung untuk saya menyebarkan ilmu tahsin. Sebagai guru tahsin tentunya komunikasi jadi alat utama untuk menyampaikan ilmu, dibutuhkan juga kemampuan menganalisis kapasitas murid-murid supaya bisa menciptakan desain pembelajaran yang cocok untuk mereka :).

Setelah itu, kami disuruh membuat kuadran aktivitas sebagai berikut:

Kuadran 1 : Aktivitas yang anda SUKA dan anda BISA
Kuadran 2 : Aktivitas yang anda SUKA tetapi andaTIDAK BISA
Kuadran 3 : Aktivitas yang anda TIDAK SUKA tetapi anda BISA
Kuadran 4: Aktivitas yang anda TIDAK SUKA dan anda TIDAK BISA

Ini hasil pengkuadranan aktivitas-aktivitas saya selama ini:
Mengisi kuadran 1 dan 2 lancar, tetapi kuadran 3 dan 4 agak tersendat hahahha.... Memang mudah ya menyebutkan sesuatu yang kita sukai. Aktivitas yang tidak saya sukai cenderung saya tinggalkan jadi harus berpikir keras juga aktivitas apa ya yang " saya selama ini "terpaksa" saya lakukan. Saya temukan aktivitas-aktivitas yang tidak saya sukai ini adalah yang saya lakukan di kantor 😁 .

Lagi-lagi, NHW ini membuat saya sadar kalau ternyata saya belum mengenali diri saya sendiri sepenuhnya. Untungnya pekerjaan saya di ranah publik memang sejalan dengan bakat yang saya miliki. Sekarang tinggal memanfaatkan bakat-bakat itu untuk ranah domestik dan misi hidup saya juga 😊.

PS: Menyanyi mungkin kurang ada hubungannya ya dengan jurusan ilmu yang saya pilih 😅

-Karlina-

Minggu, 04 Maret 2018

[MIIP] NHW #6 Belajar Menjadi Manajer Keluarga yang Handal

Bismillah,

Alhamdulillah Kelas Matrikulasi Institut Ibu Profesional sampai ke minggu ke-6 dan saatnya mengerjakan NHW #6. Sesuai judul di atas, NHW #6 ini menggiring kita untuk belajar menjadi manajer keluarga yang handal. Ini tugas yang tepat banget untuk saya, karena selama ini me-manage diri sendiri pun masih berantakan *self-toyor. 

Alhamdulillah lagi, berbeda dengan tugas NHW #5 minggu lalu, kali ini kami diberi beberapa tahapan untuk diikuti. Kalau udah begini malu dooong NHW #6-nya gak selesai 😆.

Tahap 1: Tuliskan 3 aktivitas yang paling penting, dan 3 aktivitas yang paling tidak penting

Sempat ada kebingungan mengenai definisi soal "aktivitas" dan "penting". Saya sampai buka kamus dulu :D. Jadi, menurut KBBI:

aktivitas/ak·ti·vi·tas/ n 1 keaktifan; kegiatan; 2 kerja atau salah satu kegiatan kerja yang dilaksanakan dalam tiap bagian di dalam perusahaan;
penting1/pen·ting/ a 1 utama; pokok: perkara --; 2 sangat berharga (berguna): pelajaran itu -- bagi anak-anak; 3 mempunyai posisi yang menentukan (dalam pemerintahan, perusahaan, dan sebagainya seperti pejabat atau direktur): dia orang -- di negaranya; 
Jadi dalam konteks saya sebagai istri dan ibu di rumah, saya simpulkan aktivitas penting itu kegiatan/pekerjaan aktif utama/pokok yang sangat berguna yang dilaksanakan oleh tiap anggota keluarga dalam satu rumah.  Penting untuk siapa? Saya memutuskan untuk membahas aktivitas yang penting bagi saya dan keluarga saya.

Aktivitas paling penting:
1. Beribadah untuk Allah Subhana wa ta'ala, meliputi sholat, tadarus, dzikir, belajar ilmu agama
2. Membersamai keluarga, seperti bermain bersama dan mengobrol
3. Bekerja di ranah publik, karena ini aktivitas saya setiap hari kerja

Aktivitas paling tidak penting, tapi saya butuh untuk refreshing setelah bekerja dan mengurus keluarga:
1. Membuka media sosial hanya untuk ngepoin orang atau olshop 👀
2. Main game (hehe)
3. Nonton netflix (sungguh godaan terbesar kalau anak-anak udah tidur)

Tahap 2: Waktu anda selama ini habis untuk kegiatan yang mana?

Sebelum ada pertanyaan  ini di NHW, saya gak pernah (atau mau?) ngitung-ngitung dalam sehari lebih banyak aktivitas penting atau ga penting yang saya lakukan. Jangan-jangan aktivitas gak pentingnya yang mendominasi 😢😢😢. Jadi pertanyaan ini baru bisa saya jawab besok karena besok baru mau ngitungnya 😆.

Tahap 3: Jadikan 3 aktivitas penting menjadi aktivitas dinamis sehari-hari untuk memperbanyak jam terbang peran hidup anda

Di NHW sebelumnya, saya memutuskan bahwa peran hidup saya yaitu menjadi pengajar tahsin. Aktivitas penting yang berkaitan dengan peran tersebut adalah aktivitas 1 dan 2. Aktivitas 1, belajar ilmu agama dan belajar tahsin yang sudah saya lakukan selama ini. Aktivitas 2, membersamai anak salah satunya dengan mengajarkan kakak membaca Iqra.

Tahap 4: Kumpulkan aktivitas rutin menjadi satu waktu, berikan “kandang waktu”, dan patuhi cut off time 

Aktivitas rutin yang selama ini saya lakukan menurut saya adalah aktivitas penting yang saya lakukan sebelum dan sesudah bekerja di ranah publik: solat, mengaji, mengurus diri sendiri (mandi, makan, dandan), mempersiapkan kakak sekolah sekalian membersamainya sebelum saya juga pergi ke kantor,  belanja mingguan, dll. Alhamdulillah saya memiliki support system yang bisa saya delegasikan untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Jadi kandang waktu versi saya sebagai berikut:

Weekday
04.30-07.30  Aktivitas rutin
07.30-17.00  Aktivitas di ranah publik
17.00-18.30  AKtivitas rutin
18.30-21.00  Aktivitas dinamis 

Weekend
05.00-08.00  Aktivitas rutin
08.00-17.00  Aktivitas dinamis
17.00-18.30  Aktivitas rutin
18.30-21.00  Aktivitas dinamis


Tahap 5: Buatlah jadwal harian yang paling mudah anda kerjakan

Setelah membuat "kandang waktu" antara aktivitas rutin dan aktivitas dinamis, kami disuruh menurunkannya menjadi jadwal harian. Karena saya mem-breakdown kandang waktu di weekday dan weekend, jadi jadwal harian juga saya bedakan antara weekday dan weekend.

Weekday

04.30-05.30  Solat Subuh dan mandi pagi
05.30-06.00  Membangunkan dan mendampingi kakak sarapan pagi
06.00-06.30  Kakak pergi sekolah, saya mulai berganti baju dan dandan.
                     Jika adik sudah bangun, sambil mengobrol dengan adik atau menemaninya sarapan
06.30-07.30  Perjalanan ke kantor di Jakarta
07.30-16.00  Bekerja di ranah publik, diseling kelas online belajar Tauhid
16.00-17.00  Perjalanan pulang ke Serpong
17.00-18.30  Mandi sore, solat Maghrib, dan makan malam
18.30-21.00  Membersamai kakak dan adik dengan macam-macam aktivitas (baca Iqro, baca
                     buku,  menonton televisi, bermain peran) 
21.00-04.30  Solat Isya, Tidur

Weekend
05.00-07.00  Solat Subuh, menunggu anak-anak bangun
07.00-08.00  Menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anak, belanja mingguan
08.00-10.00  Belajar tahsin
10.00-11.00  Menemani kakak bermain futsal
11.00-13.00  Istirahat, solat Dzuhur, makan siang
13.00-17.00  Aktivitas dinamis bersama keluarga (bermain di rumah atau ke luar rumah)
17.00-18.30  Mandi sore, solat Maghrib, dan makan malam
18.30-21.00  Membersamai kakak dan adik dengan macam-macam aktivitas (baca Iqro, baca
                     buku,  menonton televisi, bermain peran) 
21.00-04.30  Solat Isya, Tidur

Tahap 6: Amati selama satu minggu pertama, apakah terlaksana dengan baik?

Mari kita lihat apakah jadwal di atas bisa ditepati secara konsisten. Kalau tidak, artinya saya harus merevisi. Kalau bisa, lanjutkan sampai dengan tiga bulan.

-Karlina-


Sabtu, 24 Februari 2018

[MIIP] NHW #5 Belajar Bagaimana Caranya Belajar

Alhamdulillah udah masuk minggu ke-5 Matrikulasi, artinya udah setengah perjalanan saya belajar persiapan jadi ibu profesional. Iyes, baru persiapan karena namanya juga "matrikulasi", abis ini jenjangnya masih panjang hihihii...but gotta keep my spirit!

Setelah NHW #4 kemaren yang bikin terpukau, NHW kali ini juga ga kalah bikin terpukau hahahaha... Selalu nambah tantangannya tiap minggu yes. Jadi sekarang kami disuruh buat desain pembelajaran ilmu-ilmu yang udah kita susun minggu kemarin seeeebebas-bebasnya. Enak dong bebas? Justru dibebasin jadi bingung juga hahahah... Artinya harus cari referensi sendiri soal desain pembelajaran. Selama ini taunya bikin desain penelitian :p, jadi ku-googling lah desain pembelajaran itu kaya apa sih. Nemu dua referensi terpilih, di sini dan di sini. Setelah mengkombinasikan keduanya, saya memutuskan elemen-elemen dalam desain pembelajaran versi saya sebagai berikut:
  1. Topik pembelajaran, yaitu bidang ilmu yang sudah saya pilih di NHW #4.
  2. Sumber pembelajaran, yaitu dari mana saya memperoleh ilmu tersebut. 
  3. Metode pembelajaran, yaitu bagaimana cara saya memperoleh ilmu tersebut.
  4. Alat pembelajaran, yaitu alat pendukung dalam proses pembelajaran.
  5. Output pembelajaran, yaitu hal apa yang ingin saya capai setelah proses pembelajaran
Langkah berikutnya, saya membuat tabel yang menguraikan bidang ilmu yang akan saya pelajari berdasarkan kelima elemen di atas:

Begitulah desain pembelajaran versi saya :). Proses pembuatan desain pembelajaran ini agak mirip2 (and a lot more simple) dengan desain penelitian sih ya. Penelitian kalau ga ada tujuan, framework, ataupun metode ya bakal ga jelas proses dan outputnya. Begitupun di proses belajar saya ini, kalau pengen semuanya tetap di jalur yang benar tentu harus ada desainnya, dan setelah membuat desain ini emang jadi lebih kebayang nanti harus ngapain, apa aja yang harus dipersiapkan. 

Already 12 am, time for signing out :).

-Karlina-


Minggu, 18 Februari 2018

[MIIP] NHW #4 Mendidik dengan Kekuatan Fitrah

NHW #4 ini paling bikin galau peserta MIIP Batch 5 Grup Tangsel 3 😁 karena buat ngerjain ini kita beneran disuruh menguras otak. Apapun yang kita tulis di NHW #1 sampai #3 harus dikonkritkan lagi di minggu ke-4 ini. Jadilah saya merenung lagi 4 hari dan baru bisa menuangkan ke tulisan malam ini, 12 jam menjelang deadline :p.

Bismillah, mari menjawab....

Tinjau Ulang NHW #1

Di poin pertama, kami disuruh melihat kembali apakah jurusan ilmu yang kami pilih di NHW #1 akan tetap sama atau berubah? Di NHW #1 saya memilih ilmu tauhid untuk saya dalami, tetapi sekarang saya memutuskan untuk mengubahnya menjadi ilmu tahsin, yaitu ilmu membaca Al-Quran. Perubahan ini saya lakukan karena ilmu tahsin paling feasible untuk saya bagikan ke orang lain, sementara ilmu tauhid membutuhkan periode yang sangat panjang untuk memahami apalagi mendakwahkannya ke orang lain. Saya belum bisa memegang tanggung jawab sebesar itu untuk membuat orang lain memahami ilmu tauhid.

Evaluasi NHW #2

Checklist yang sudah kami susun di minggu kedua harus dievaluasi, apakah sudah konsisten dilakukan? Jawabannya (sambil nunduk dan self-toyor): belum ada yang bisa konsisten uhuhhuhuuhhuhu.... Apakah saya terlalu ambisius membuat checklist atau terlalu malas untuk mengimplementasikan ya? Atau dua-duanya? 😁😁😭😭

Renungkan Kembali NHW #3

Melihat lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal yang saya pikir masih kurang kemampuan membaca Al-Quran-nya, saya berpikir peran saya adalah mengajarkan mereka ilmu tahsin. Saya terinspirasi oleh guru tahsin saya yang mengatakan bahwa ilmu ini jangan diambil sendiri, bahwa kita juga harus mengajak keluarga dan orang-orang terdekat kita untuk bersama-sama mencari pintu surga. Mempelajari Al-Quran adalah suatu kewajiban yang harus diawali dengan belajar membacanya. Lalu saya juga berpikir untuk apa saya mencari-cari guru ngaji untuk anak-anak saya kalau saya sendiri bisa mengajarkannya? Selain kepada anak-anak, mengapa tidak jika saya juga bisa mengajarkan kepada anak-anak tetangga atau bahkan orang tuanya? Saya juga masih memendam passion menjadi seorang dosen, hehe... jadi dengan menjadi guru tahsin saya bisa menyalurkan passion mengajar saya. Pada titik ini, saya memutuskan bahwa misi hidup saya adalah membuat umat Islam bisa membaca Al-Quran. Bidang yang saya tekuni adalah ilmu tahsin. Peran saya adalah sebagai pengajar.

Mengumpulkan Ilmu-Ilmu

Setelah memutuskan misi hidup menjadi guru tahsin, tentunya saya butuh dasar ilmu dong. Ilmu yang harus saya kuasai adalah sebagai berikut:
1. Ilmu Tahsin: ilmu membaca Al-Quran
2. Ilmu Bahasa Arab: untuk memahami Al-Quran yang ditulis dalam Bahasa Arab
3. Ilmu Komunikasi Mengajar: ilmu komunikasi yang difokuskan untuk mengajar

The Milestones

Supaya yang saya tulis di atas tidak menjadi angan belaka :D, saya harus menetapkan batas waktu untuk menguasai ilmu-ilmu di atas.Km. 0 saya tetapkan sekarang, saat usia saya 34 tahun.

KM 0 – KM 1 ( tahun 1 ) : Menguasai Ilmu Tahsin
KM 1 – KM 3 (tahun 2 dan 3 ) : Menguasai Bahasa Arab
KM 3 – KM 4 (tahun 4 ) : Menguasai Ilmu Komunikasi Mengajar


Phew, akhirnya selesai juga hasil semedi empat hari. Sekarang saya mau jewer diri sendiri dulu untuk memulai mengoreksi lalu mengaplikasikan checklist-checklist yang saya buat di NHW #2 :D.

-Karlina-

Minggu, 11 Februari 2018

[MIIP] NHW #3 Membangun Peradaban dari Dalam Rumah



NHW minggu ketiga makin menantang! Membuat saya menyadari kalau selama ini hanya menjalani rutinitas sebagai istri, ibu, pekerja, itu gak cukup. Saya diingatkan kembali kalau Allah menciptakan saya sebagai manusia, sebagai istri, dan sebagai ibu untuk membawa suatu misi. Pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab di NHW ini membawa saya merenungkan kembali arti hidup di dunia fana ini #tsaaaahh...

Surat Cinta Untuk Suami (Bukan Untuk Starla)

Pertama, kami disuruh membuat surat cinta yang ditujukan kepada suami (suami sendiri pastinya :D) dan melihat responnya. Sejujurny selama hampir 8 tahun pernikahan ini belum pernah bikin surat cinta lagi 😅. Semedi 3 hari, then I wrote this:


10 Things I Love About You:
You come home late every day so that your family can have decent life. Enough food, proper shelter, and good education for your children.  You don’t mind though I almost never cook for you. Indomie is enough yah :D You  keep calm down when I get mad. You keep your body in a good shape. Add some muscle sikit boleh lah You teach our daughter playing soccer. You give me freedom to work and to learn anything. You know how to change diaper and to take care the kids. You let me wake up late on weekend (because you wake up late too haha). You rarely complain about anything. You ganteng and smell good :D.
Love,Your one and only wife (forever one only kan?)

Kurang romantis ya? Ya maap ga bisa bikin kata-kata puitis gitu 😆😆😆😆. 

Then he responded:
😍😍😍

Iya emoji gitu doang tiga bijik 😆😆😆. Yah udahlah gagal romantis. I know deep down in his heart he felt touched #eaaaaaa.

Anak Pertamaku yang Lembut Hati

Di pertanyaan kedua, kami disuruh menuliskan potensi diri anak-anak. Saya mulai dengan anak pertama, Big E yang tahun ini akan berusia 7 tahun. Kebetulan saya dikaruniai dua anak perempuan. Big E ini selayaknya anak perempuan, gayanya feminin, perasaannya sensitif, perkataannya halus, tingkah lakunya lemah gemulai. 

Hal menonjol yang saya perhatikan dari Big E adalah empatinya yang tinggi. Lihat saya sedih, dia ikut sedih. Lihat adiknya nangis, dia ikut berkaca-kaca hehe. Lihat abinya senang dia juga ikut antusias. Hal itu membuat dia punya pribadi yang disenangi teman-temannya. Sejak TK sampai kelas 1 SD sekarang, katanya dia selalu jadi favorit teman-temannya hihihi.... Karena dia juga lucu mungil mungkin suka dianggap boneka sama temen-temennya hahaha... 

Big E gampang akrab dengan teman baru, padahal sebelum sekolah dia pemalu banget, gak mau salaman dan ngomong sama orang yang belum dikenal. 

Big E juga punya ingatan audio yang kuat. Denger lagu cuma 1-2 kali dia hapal nada dan sedikit liriknya. Alhamdulillah, kemampuan ini sangat berguna untuk tahfidz Al-Quran di sekolahnya. 

Selain itu, Big E suka dan pintar menari. Saya lihat kalau di pentas akhir tahun sekolahnya, dia paling lincah dan paling hapal gerakannya 😁.

Alhamdulillah, Big E anak yang cerdas, untuk pelajaran akademik termasuk cepat memahami.

Anak Keduaku si Peniru Ulung

Nah, sekarang giliran Little E yang sebulan lagi berumur 2 tahun. It's a bit too early to analyze her potential ya, jadi saya akan menunjukkan sifat-sifat yang menonjol  saja ya.

Dia itu...lincah! Kemampuan motorik halus dan motorik kasarnya wawwww.... termasuk cepat untuk anak perempuan. Pusing deh kalau bawa ke tempat umum, pengen jalan sendiri ga mau dipegangin, mata ga boleh lepas darinya sedetikpun. 

Selayaknya anak seusia dia, little E itu pengamat dan peniru super ulung. Tiba-tiba udah tau letak gelas di mana, karena dia sering liat mama dan mbaknya ambilin gelas buat dia. Cepet bisa pegang pensil karena liat cara kakaknya pegang pensil. Cepet bisa makan sendiri karena liat orang tua dan kakaknya. Walaupun masih tumpah2 ya wajarlah ya :D. 

Seneng ngemil. Eh ini potensi bukan sih? Hihihihi...seneng liatnya sering minta makanan. Jadi PR emaknya ga boleh makan berMSG bergula tinggi di depan dia, bisa minta-minta terus hehehe...

Teguh pendirian. Keukeuhan kalau kata orang Sunda mah. Pengen ini pengen itu kalau ga diturutin wawaawawaw... ya lagi usia tantrum juga sih 😥.


Mama The Never-ending Learner

Setelah sibuk menilai suami dan anak-anak, tibalah waktunya saya menilai diri sendiri. Wah emang lebih susah ya kita menilai diri sendiri daripada menilai orang lain 😅. Takut dibilang kepedean juga hahahaha.... Setelah lama mikir, lebih lama dari mikirin potensi suami dan anak-anak, saya cuma nemu satu potensi diri, tapi menurut saya ini potensi yang menjadi dasar pengembangan seluruh aspek kehidupan kita. 

So ehem here it is: 
Rajin baca dan belajar. Kebiasaan sejak sekolah, dan kebetulan pekerjaan juga sebagai peneliti yang membutuhkan kemampuan baca beribu-ribu jurnal ilmiah sampai mabok. Ketika menikah, saya belajar bagaimana menjadi istri solehah dari membaca buku-buku Islam tentang pernikahan. Ketika menjadi ibu, saya sampai sekarang tidak berhenti belajar ilmu parenting karena sekarang jadi orang tua banyak sekolahnya loh. Mulai dari Bu Elly Risman, Abah Ihsan, Ayah Edy, sampai Assoc. Prof. Psychology & Linguistic University of California David Barner. Sekarang dalam proses belajar tahsin lagi supaya bisa mengajar sendiri anak-anak membaca Al-Quran, belajar menjadi perempuan profesional di IIP :D, belajar menjahit dengan mesin jahit yang baru dibeliin suami :D. Belajar masak tapi kok belum mau ya hahaha.... 
Saya tidak berhenti mencari ilmu-ilmu tersebut ya karena siapa lagi di rumah ini yang bisa belajar parenting dan belajar jahit? Suami seluruh waktu weekdaynya sudah sibuk di kantor dan pulang malam, jadi di pundak sayalah tanggung jawab untuk terus mencari ilmu dan mentransfernya ke suami saya dan anak-anak.


Membangun Peradaban

Pertanyaan yang terakhir ini lebih-lebih sulitnya daripada pertanyaan ketiga. Pertama, selama ini saya hanya berpikir hidup untuk diri sendiri dan keluarga sendiri. Saya berpikir membangun peradaban yang baik cukup dengan membesarkan kedua anak saya menjadi pribadi yang mumpuni imtaq dan ipteknya. Kedua, saya baru 6 bulan pindah di rumah baru ini, merasa belum menemukan apa yang bisa keluarga saya bisa berikan kepada lingkungan. Ketiga, saya orang yang introvert dan jarang berinteraksi dengan tetangga 😅. 

Merasa hidup di lingkungan yang sudah baik membuat saya juga bingung memikirkan tantangan yang ada. Di lingkungan saya sudah ada masjid yang aktif kegiatannya, ada rumah tahfidz untuk anak-anak, ada lapangan depan rumah tempat anak-anak sore main sehingga mereka tidak terpaku dengan televisi dan gadget. 

Lalu saya pikirkan kembali, lingkungan tempat saya tinggal masih butuh pembelajaran di pengelolaan sampah. Belum ada kesadaran untuk memisahkan sampah basah dan kering, masih ada beberapa tetangga yang suka membakar sampah dan jadi polusi udara :(. 

Sepertinya saya juga belum pernah melihat ada seminar parenting di lingkungan rumah tinggal saya ini. 

Tetapi mau kampanye mengajarkan tetangga cara mengelola sampah atau mengusulkan ada seminar parenting di masjid kok saya belum pede ya? Saya berharap sisa 6 minggu MIIP ini bisa mendorong saya punya keberanian untuk berkontribusi lebih bagi lingkungan di luar rumah 😊.

-Karlina-

Kamis, 01 Februari 2018

[MIIP] NHW#2 Checklist Indikator Profesionalisme Perempuan

NHW#2 kali ini meminta kami peserta MIIP untuk menyusun sendiri indikator perempuan profesional sebagai individu, sebagai istri, dan sebagai ibu.

Sebagai individu, saya menetapkan indikator-indikator sebagai berikut:

- Santapan rohani

  • Tidak absen sholat sunat rawatib (selama ini suka bolong2) 
  • Membaca Al-Quran 1 ain setiap hari
  • Menghadiri kajian/menonton video kajian Islam 1 kali seminggu
-Santapan fisik
  • Ngegym 2 kali seminggu
  • Berjalan minimal 3000 langkah/hari
  • Minum air putih 8 2.5 liter/hari
  • Kurangi minuman manis jadi satu gelas sehari
  • Sarapan buah setiap pagi atau sore
-Santapan otak
  • Membaca situs berita reputable setiap hari
  • Membaca buku non fiksi minimal satu dalam 2 bulan
Indikator sebagai istri disarankan untuk diskusi dulu sana suami sebagai "customer" kita. Pertama kali ditanya, lamaaaaa banget jawabnya (entah karena emang udah bahagia atau takut ngomongnya hahaha...). Besoknya baru jawab, itu juga cuma satu. Ya udah alhamdulillah lah ya :D. Tapi saya sadar diri aja sebagai istri merasa masih banyak kekurangan, jadi nambahin sendiri indikatornya:

  • Menurunkan berat badan 5 kg dalam 6 bulan (ini dari suami) 
  • Memasak 2 minggu sekali (biasanya yang masak mbak di rumah, jujurly ga suka masak)
  • Memijat suami tanpa disuruh (biasanya harus dipaksa :p) 1 minggu sekali
Terakhir, indikator sebagai ibu yang juga harus didiskusikan sama anak-anak sebagai customer. Berhubung si adek masih 2 tahun, saya cuma bertanya ke kakaknya yang udah 7 tahun. Ternyata kebahagiaan anak-anak itu sumbernya simpel ya :). Ini kata kakak:
  • Membacakan cerita lucu untuk kakak setiap malam (spesifik harus "lucu", hihihihi.... sejak adiknya lahir memang saya jadi jarang bacain cerita lagi :()
  • Membuatkan mainan dari kardus 2 minggu sekali.
  • Melatih kakak berani berenang dalam waktu 6 bulan. Caranya dengan mengajak kakak berenang setiap weekend dan mencarikan guru les perempuan.
  • Memotivasi kakak agar makan kurang dari 30 menit dalam waktu 6 bulan. Caranya dengan mengajak kakak makan bersama, tanpa televisi dan gadget. 
  • Lulus Iqra 6 di akhir tahun 2018.
Untuk adiknya, saya menetapkan indikator sendiri:
  • Weaning with love saat usia tepat 2 tahun pada 5 Maret ini.
  • Lulus toilet training dalam 6 bulan.
  • Montessori di rumah setiap weekend (masih suka gak konsisten hiks...)
Sekian checklist indikator perempuan profesional ala saya. Semoga selalu ingat untuk merealisasikannya secara konsisten :).

Karlina Sari - Kelas Tangsel 3 MIIP Batch 5

Selasa, 30 Januari 2018

[MIIP] NHW #1: ADAB MENUNTUT ILMU



NHW#1 telah “memaksa” saya untuk merenung tentang satu ilmu apa yang ingin saya tekuni di universitas kehidupan ini, padahal sebelumnya saya cenderung “let it flow” saja. Ketika ada teman yang menekuni ilmu A, saya jadi ingin penasaran mencoba. Ketika di socmed lagi ngetrend ilmu B, saya pengen juga dong ikut kekinian :D. Pertanyaan di NHW#1 ini jelas menyuruh saya untuk memikirkan SATU ilmu yang ingin saya fokuskan, jadi setelah memikirkan, meninjau, dan menimbang, saya memutuskan untuk memilih ilmu TAUHID, yaitu ilmu mempelajari keesaan Allah Subhana wa Ta’ala.

Mengapa ilmu tauhid? Bukankah sejak SD di pelajaran agama juga sudah diajarkan? Itu juga yang terlintas di pikiran saya ketika mendengar para ulama menyerukan pentingnya mempelajari ilmu tauhid. Hal yang saya yakini berubah ketika menghadiri suatu pengajian ilmu tauhid yang disampaikan oleh seorang ustadz. Ternyata ilmu tauhid yang saya pelajari waktu sekolah masih sangat kurang. Ternyata berpuluh-puluh tahun saya menjalani kehidupan ini belum mengimplementasikan ilmu tauhid secara sepenuhnya. Padahal ilmu tauhid merupakan ilmu dasar bagi kita menjalani kehidupan beragama dan kehidupan duniawi. Dengan mendalami ilmu tauhid ini, saya ingin menjalankan peran saya sebagai hamba Allah, sebagai anak, sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai umat seperti yang seharusnya dituntut dalam agama saya.  

Dengan status saya sebagai ibu bekerja, sejujurnya sulit untuk meluangkan waktu menghadiri kajian ilmu tauhid secara rutin. Dengan banyak video-video kajian yang bisa diakses di media sosial, sebenarnya saya bisa belajar di mana saja, tetapi tanpa kurikulum dan jadwal yang terstruktur, sulit bagi saya untuk konsisten. Alhamdulillah, teman saya memberikan informasi adanya “sekolah ilmu tauhid” secara online yang disampaikan secara langsung oleh ustadz ahli tauhid, dievaluasi setiap hari dan setiap pekan, dengan kurikulum terstruktur dan jadwal yang rutin. Saat ini saya sudah memasuki minggu kedua dalam mengikuti kelas online tersebut.

Setelah memahami materi “Adab Menuntut Ilmu” di matrikulasi IIP ini, ternyata ada beberapa hal yang perlu saya ubah dalam diri saya ketika menuntut ilmu. Membersihkan dan mengikhlaskan hati, tidak suka menunda-nunda, tidak merasa lebih tahu dari peserta lain, adalah tiga hal yang harus saya latih untuk diri saya sendiri. Sepertinya sulit ya hehe, tapi semoga dengan niat ikhlas lillahi ta’ala, saya bisa menjalankan adab-adab tersebut.